Sabtu, 13 Februari 2016

ANCAMAN NYATA DARI DALAM: PERUBAHAN IDENTITAS MUHAMMADIYAH DAN DILEMA DEMOKRASI­



ANCAMAN NYATA DARI DALAM:
PERUBAHAN IDENTITAS MUHAMMADIYAH DAN
DILEMA DEMOKRASI­
Oleh:
SUAIDI ASYARI
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN - JAMBI

Abstrak: Karya ini akan melihat Muhammadiyah sebagai perubahan organisme terus-menerus dari yang telah tumbuh-modernis, liberalist reformis, progresif pragmatist politik dan berpotensi fundamentalis kekerasan-Muslim radikal . Ia akan berpendapat bahwa lintasan lewat dan kemenangan elemen-puritan radikal dalam Kongres Nasional 2005 dapat berpotensi menjadi penghalang bagi keterlibatan Muhammadiyah dalam proses menerapkan nilai-nilai demokrasi di Indonesia di masa depan. Untuk menonton lintasan Muhammadiyah adalah kritisnya penting karena fakta bahwa organisasi ini adalah salah satu kekuatan di dunia terhadap proses demokratisasi. Agar dapat pada jalur yang benar dari demokrasi, Muhammadiyah telah mengatasi sengketa internal dengan nilai-nilai demokrasi. Hanya dengan cara mengatasi masalah perselisihan internal ini dapat organisasi ini memastikan peranannya dalam menyebarkan dan menyebarkan ide-ide demokrasi serta amalan-amalan di Indonesia.

Kata Kunci: Muhammadiyah, perubahan identitas, demokrasi.

Pendahuluan: Ringkasan Muhammadiyah
Untuk saat ini, Muhammadiyah telah dianggap sebagai organisasi Islam moderat yang berada dalam posisi yang sama untuk Nahdlatul Ulama (NU) dan tidak mempunyai hubungan dengan individu atau organisasi radikal yang dapat dikaitkan dengan ideologi Islam radikal. Karya ini akan saya berpendapat bahwa ada beberapa penting faktor-faktor yang telah diabaikan atau diabaikan dalam pemahaman ini Muhammadiyah. Dengan ideologi mempromosikan "termurni" dan "tertera" bentuk Islam untuk mendirikan tertera masyarakat Islam mungkin, Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan. Lembaga-lembaga Muhammadiyah telah disalin minionaris Kristen dalam hal pendekatan mereka untuk pendidikan, panti asuhan, klinik kesehatan dan rumah-rumah orang miskin. Hal ini sengaja dirancang untuk menyeimbangkan upaya-upaya para misionaris Kristen yang mengkonversi masyarakat setempat kepada Kekristianan.
Sebagai organisasi sosial-keagamaan, Muhammadiyah tidak ada koneksi struktural dengan partai-partai politik. Namun, tidak ada masalah agama tidak nasional penting bahwa Muhammadiyah belum menjawab. Ideologi Muhammadiyah telah sangat dipengaruhi oleh Wahabism, Muhammad Abduh, Rahid Ridha dan al-Afghani kalah berjasanya terhadap perfilman. Adonan dari pengaruh-pengaruh ini, bersama dengan masalah-masalah politik dan agama setempat pada saat pembentukannya, telah menghasilkan sebuah gambar kabur dari organisasi ini. Muhammadiyah telah berlabel Muslim lain yang tidak mempraktikkan cara yang sama seperti yang mereka lakukan sebagai berlatih dalam konfirmasi (takhayul, bid'ah dan churafat). Suatu organisasi disertakan dalam hal ini NU yang bertoleransi terhadap penggunaan kostum lokal dalam kegiatan dakwah mereka. Merencanakan pembangunan menegaskan bahwa MHD mewakili sebuah link dalam rantai Indonesia yang "Islamisasi" yang sedang berlangsung, hingga baru-baru ini sendirian Muhammadiyah hampir lima ribu kontrol (4762) lembaga pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai universitas. Ada empat cara yang terpasang untuk Muhammadiyah. Mula-mula, semua lembaga-lembaga ini memiliki tanda-tanda yang secara resmi mark mereka sebagai milik Muhammadiyah. Kedua, kurikulum digunakan menarik dari ideologi Muhammadiyah dan doktrin dan dirancang oleh anggota Muhammadiyah. Ketiga, semua staf administrasi mengajar adalah anggota Muhammadiyah yang memiliki kartu keanggotaan, tanpa yang tidak ada satu dapat terlibat dalam sebuah lembaga Muhammadiyah. Akhirnya, sebuah persentase kecil dari pendapatan bersih tahunan lembaga harus dibagikan dengan Dewan Pengurus Nasional yang mendistribusikan dana untuk organisasi yang memerlukan dukungan. Dari ini, satu dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara lembaga-lembaga Muhammadiyah dan ia mengendalikan adalah secara struktural dan ideologi yang mengikat.
Selain dari lembaga-lembaga pendidikan, kontrol juga Muhammadiyah 315 rumah sakit dan klinik kesehatan, 240 panti asuhan, 1026 lembaga-lembaga keuangan termasuk perbankan, penyedia asuransi dan koperasi dan ribuan rumah doa, yaitu masjid, mushalla, langgar dan lain-lain. Muhammadiyah membangun, memperluas dan menyegarkan hubungan-dengan Muslim Indonesia melalui lembaga-lembaga ini. Dalam satu erti hubungan ini dapat membangun banyak modal sosial yang akan memberikan kontribusi bagi demokrasi.
Dalam menjalankan organisasi dan institusi, Muhammadiyah menerima dana dari tiga sumber-sumber utama termasuk: donator internal kedua reguler dan insidental, biaya untuk orang-orang yang menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan, dan donor eksternal. Secara eksternal, Muhammadiyah juga menerima dana dari Timur Tengah dan negara-negara Barat; walau demikian, sumber-sumber eksternal ini tidak muncul sangat signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, namun, karena pada pembatasan dari negara-negara Barat, kebanyakan sumbangan dari negara-negara Timur Tengah telah discon-tinued. Pemimpin lokal Muhammadiyah (dari cabang Jambi) telah mengungkapkan keprihatinan bahwa kampanye Barat melawan terorisme telah memiliki dampak signifikan terhadap hubungan antara organisasi-nya dan pendukung Timur Tengah mereka, khususnya para donor.
Semua lembaga-lembaga ini memainkan peran penting dalam indoctrinating ajaran-ajaran Islam yang diamalkan oleh Muhammadiyah. Dalam setiap instansi adalah membangun rumah doa-doa harian untuk di mana tiga penting kegiatan keagamaan biasanya diorganisir; setiap hari dan Jumu'ah , dakwah dan mengumpulkan donasi atau sedekah (infaq atau shadaqah) untuk tujuan internal . dakwah biasanya dilakukan kegiatan setelah setiap doa. Ritual Islam yang diamalkan oleh Muhammadiyah diperkenalkan melalui pengalaman langsung dan alasan-alasan untuk melakukan ritual seperti dimasukkan bersama dengan dakwah .
Sebuah studi baru-baru ini pada demokrasi di Indonesia (Mujani 2003) mengungkapkan bahwa 18% dari yang dikhususkan Muslim Indonesia ( santri ) erat mengasosiasikan diri mereka dengan Muhammadiyah dan 48% dengan NU. Perkiraan terbaru dari jumlah orang-orang yang mengaitkan diri mereka dengan Muhammadiyah, dirujuk sebagai unia besar Muhammadyah adalah sekitar 25 hingga 30 juta. Tetapi keanggotaan terdaftar Muhammadiyah adalah kurang dari satu juta. Aku tidak mendapat angka resmi pengikut-pengikut Muhammadiyah yang dapat diandalkan. Saya mengusulkan untuk memanggil mereka "pengikut" Muhammadiyah sebagai mereka ikuti metode tertentu dari praktik Islam atau datang dari keluarga tertentu, yang telah terlibat dalam organisasi untuk waktu yang lama, tetapi mereka tidak selalu terdaftar atau adalah anggota Muhammadiyah. Merujuk kepada mereka sebagai anggota Muhammadiyah dapat menyesatkan.
Terdapat perbedaan yang sangat penting antara para pengikut dan mem-bers karena hanya yang terakhir memiliki privilese seperti akses ke posisi kepemimpinan di dalam tubuh struktural Muhammadiyah. Hanya orang-orang yang memiliki kartu keanggotaan dapat diangkat menjadi di kepala atau ketua lembaga Muhammadiyah. Namun, para pengikut memainkan peran penting dalam Muhammadiyah menerapkan kebijakan dan keputusan-keputusan Muhammadiyah Tawarkan kedua dalam hal agama dan politik. Kebijakan-kebijakan Muhamadiyah, keputusan-keputusan dan fatwa tentang urusan-urusan keagamaan memainkan peran penting dalam membangun roh attachment antara Muslim Indonesia yang mempraktikkan setel ritual Islam di satu sisi dan Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi pada yang lain, pada dasarnya antara budaya dan Muhammadiyah struktural.
Merek dagang Muhammadiyah sebagai organisasi reformis-modernis didirikan pada dua penjelasan. Mula-mula, Muhammadiyah mengadopsi kepemimpinan Barat dalam organisasi dan institusi. Kedua, Muhammadiyah mendukung gagasan mereformasi pemahaman Islam begitu disebutkan sebagai pembaharuan. Pengaruh Wahabisme dan Ibn Taimiyya yang radikal ideologi konservatif telah diabaikan dan belum secara sungguh-sungguh diambil kira.

Perubahan Identitas Muhammadiyah
Kejatuhan pemerintah Orde Baru pada tahun 1998 telah membawa kepada kemajuan luar biasa dari gerakan-gerakan masyarakat sipil di Indonesia. Gerakan-gerakan berbasis keagamaan dilihat sebagai salah satu dasar-dasar kemajuan ini. Dari kelompok yang lebih besar telah muncul lebih kecil baru karakter khusus dengan segmen agenda-agenda dan dan dimasukkan dalam grup yang lebih besar ini adalah Muhammadiyah (MHD). Sejumlah intelektual progresif muda dari MHD telah diprakarsai berbagai lembaga dan jaringan individu. Dalam hal wacana, mereka telah menyatakan dalam bentuk-bentuk (a) liberal, (b) radikal-puritan, dan (c) elemen-elemen pragmatis-politik. Saya menyadari bahwa ia adalah dan bukannya untuk menyederhanakan sewenang-wenang metamorfosis Muhamadiyah ke dalam tiga bentuk sejak ada juga bentuk lain yang kelihatannya terus berkembang. Namun, analisis kasar aku membuat tidak mempertimbangkan sebuah metamorfosis ini belum lagi diberikan nama didirikan. Termasuk dalam hal ini adalah tarekat atau kolektif praktik Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi dan sufi yang telah bergabung dengan anggota tertentu atau pengikut-pengikut MHD di berbagai wilayah. 3 tiga bentuk ini telah menyatakan diri mereka melalui penggunaan MHD tubuh otonom, LSM, dan ekspresi individu yang muncul di koran-koran, jurnal serta peristiwa biasa seperti Tanwir . Saya telah menamai proses ini sebuah "metamorfosis" karena cara ini untuk mengungkapkan gagasan-gagasan ini pergi jauh di luar karakter dari MHD.
Perubahan adalah salah satu hasil Muhammadiyah dialog antara puritan radikal dan elemen-elemen liberal-modern yang telah terjadi sejak Kongres Aceh pada tahun 1995. Tetapi potensi kedua-dua elemen telah wujud dalam Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912. Ia telah menjadi lebih jelas, walau demikian, karena jumlah yang sedang tumbuh Muhammadiyah Tawarkan para ahli telah lulus dari Universitas Barat dan Timur Tengah. Dari waktu ke waktu telah ada perubahan dalam elemen yang didominasi MHD. Ini merupakan hasil dari gaya kepemimpinan tertentu. Faktor-faktor eksternal terlalu juga memainkan peran penting yang membawa kepada perubahan ini.
Perubahan pada dinamika internal Muhammadiyah dalam kaitannya dengan metamorfosis ini mulai selama 43 hari Kongres di Aceh pada tahun 1995 dengan transformasi Majelis Tarjih Muhammadiyah untuk menjadi MTPPI (Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, atau Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam). Ia juga pada kongres ini yang terpilih pertama Muhammadiyah pemimpin pascasarjana Barat,
Amien Rais lima agenda-agenda utama:
(1) untuk mendorong para intelektual untuk melakukan kajian Muhammadiyah dan penelitian pada Islam sebagai sebuah amalan tajdid dan sebagai antisipasi dari pengembangan masyarakat; (2) untuk mengeluarkan fatwa pada kebijakan yang kemudian harus mengimplementasikan kepemimpinan Muhammadiyah; (3) untuk menemani dan mendukung kepemimpinan Muhammadiyah untuk memandu Muhammadiyah anggota dalam melaksanakan ajaran Islam; (4) untuk mendukung kepemimpinan Muhammadiyah dalam menyediakan dan meningkatkan kualitas ulama; dan (5) untuk mengarahkan semua pertikaian urusan-urusan keagamaan untuk membuat mereka lebih maslahat.
Transformasi berikut Majelis Tarjih untuk menjadi MTPPI, perkembangan penting yang mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam grand keluarga Muhammadiyah berlangsung. Pada tahun 2000 MTPPI meluncurkan satu dari publikasi pertama, Tafsir Tematik Alquran tentang Besar Tamu jurusan Hubungan Sosial antar umat beragama 5 , yang, menurut Hilman Latief, adalah satu-satunya tafsir yang telah diterbitkan oleh para ulama Muhammadiyah. Terdapat juga beberapa publications oleh para ulama Muhammadiyah yang membahas topik serupa toleransi beragama, pluralisme dan liberalisme.
Pada 9 Oktober 2003, Saran Intelektual JIMM (Jaringan intelektual muda Muhammadiyah) didirikan. Para aktivis yang didukung dasar JIMM ini berasal dari generasi ketiga Muhammadiyah tetapi mereka juga didukung oleh anggota dari generasi kedua seperti Syafií Maárif, Moeslim Abdurrahman, Amien Abdullah dan Abdul Munir Mulkhan. Mereka masing-masing memiliki beberapa jenis koneksi dengan kedua literatur dan universitas negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat, Eropa dan Australia.
Sebagai hasil dari nama-nama yang sama, JIMM mereka dituduh telah memiliki agenda yang sama seperti Jil, yang sebenarnya dapat disangkal lagi, kasus tersebut. Para aktivis dari JIMM dengan bangga diri mereka sebagai bagian dari JIMM, khususnya melalui artikel-artikel yang mereka mengirim surat kabar nasional, seperti Kompas, media Indonesia, Jakarta Post dan Republika 8 serta surat kabar lokal seperti Suara Merdeka dan Jawa Pos. Ini merupakan tambahan untuk seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lain mereka telah diatur. Tindakan yang mewakili diri mereka sebagai aktivis JIMM adalah sejalan dengan metode yang biasa dari Muhammadiyah Tawarkan yang melibatkan banyak promosi diri sendiri. Ini adalah salah satu strategi dakwah atau muhammadiyahisasi di Indonesia. Dengan itu, terdapat sebuah masjid Muhammadiyah, Sekolah Tinggi Muhammadiyah dan seterusnya.
Selain dari JIMM, elemen liberal Muhammadiyah juga didukung oleh beberapa organisasi non-pemerintah lain (LSM). Namun, keterlibatan JIMM dalam wacana Islam liberal telah diliputi kegiatan LSM-LSM. Dalam pertengahan 2003, sebelum pembentukan JIMM, Moeslim Abdurrahman diedit Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural (Muhammadiyah sebagai tempat berlindung Budaya), 10 buku yang mempunyai impak yang besar pada ketegangan antara para pemimpin puritan radikal dan intelektual liberal. Ia menciptakan sebuah 'big bang' dalam grand Muhammadiyah . buku ini keluarga terdiri dari artikel yang ditulis oleh baru cendekiawan Muhammadiyah yang blak mengkritik pendekatan yang didirikan Muhammadiyah dalam kegiatan dakwah mereka dan pemurnian. Sebagian besar dari penulis masih sangat muda, tetapi ide-ide mereka adalah dalam hal brilian kesadaran mengenai apa yang harus mereka lakukan dalam menghadapi elemen-puritan radikal Muhammadiyah. Dalam memperkenalkan buku, Abdurrahman Serikat "Apa yang harus menyesali oleh gerakan pentahiran (Muhammadiyah) tidak hanya anak in' dari kejam (Indo. Ganas ) dan priori sejarah terhadap seni dan budaya lokal, tetapi yang terburuk adalah bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid telah menjadi jumud (Ar. stagnan), karena ia tidak dapat kesadaran Islam yang reformasi lebih substansial dan bukan untuk memahami bahwa dakwah tidak identik dengan iman proliferasi. Sebaliknya, dakwah adalah sebenarnya setiap pekerjaan agama untuk peradaban dan kemanusiaan."
Sejalan dengan Abdurrahman, Abd Abd. Rahim Ghozali menyimpulkan:
"Dari Majelis Tarjih Muhammadiyah tidak semestinya berambisi untuk Islamize setiap orang, dan tidak untuk mencegah sesiapa dari meninggalkan ( murtad ) agama mereka, karena setiap manusia mempunyai kebebasan untuk memilih untuk beriman kepada Allah. Tidak dapat mengklaim menjadi Muhammadiyah dalam penahan tunggal dari kebenaran absolut… akibatnya, Muhammadiyah bukanlah (hanya) bentuk terbaik dakwah dalam Islam."
Pada Bulan Oktober 2003, JIMM dan Ma'arif Institute for budaya dan Kemanusiaan, diketuai oleh Moeslim Abdurrahman, mengadakan workshop dengan tema "Membangun Visionary, membuka dan tradisi intelektual penting". Maárif ditujukan lokakarya dengan mengatakan:
Lokakarya ini adalah yang paling bermakna dan signifikan intel-lectual Leap ahead dalam pengembangan Muhammadiyah. Oleh karena itu, orang-orang muda (Muhammadiyah) harus takut untuk melewati sebuah cara alternatif dan tidak macet. Walaupun kegiatan ini adalah di luar arus utama, harap merasa bebas untuk bergabung dalam karena sebelum akhir hari ia akan mengambil bentuk dan berpikir."
Berbagai topik ini dipresentasikan di lokakarya tersebut termasuk , Quránic Semiotik dan Teologi Liberal. Pada saat lokakarya ini ada peningkatan jumlah kelompok-kelompok Islam radikal terorganisir di Indonesia jadi satu dapat mengenali siapa target dari lokakarya seperti ini adalah, namelly, radikal Islam puritan, termasuk Muhammadiyah.

JIMM dan NOGs lain aku telah disebutkan di sini tidak secara resmi telah terdaftar sebagai tubuh otonom MHD. Penggunaan puritan radikal ini sebagai alasan untuk mengecualikan mereka dari Muhammadiyah. Namun, kantor JIMM tengah berada di kantor yang sama dari markas MHD, semua aktivis JIMM juga aktivis tubuh otonom Muhammadiyah lain dan mereka telah menggunakan nama MHD dan mereka sendiri memiliki aktivis mereka selalu dikaitkan dengan MHD. Ia adalah sebagai respons untuk pengembangan JIMM bahwa elemen-puritan radikal menjadi lebih jelas dalam Muhammadiyah. Satu elemen sering mengembangkan sebuah ideologi roh argumentative untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dalam kaitannya dengan yang lain. Kenyataannya, ia telah sentiasa mainstream Muhammadiyah dan ini adalah karena latar belakang sejarah yang telah dipelihara dalam platform resmi.
Asal-usul elemen radikal dalam Muhammadiyah menginformasikan kepada banyak organisasi yang ideologi. Ideologi' dari 'Amr ma'ruf nahy munkar adalah implemen kooptasi dari sejumlah ayat (Q3:104; Q3:110; Q9:71) dan sebuah hadits Nabi Muhammad: "Barangsiapa melihat salah, dan dapat betul dengan tangan-Nya, hendaklah ia melakukannya; jika ia tidak dapat, kemudian dengan lidahnya; jika ia tidak dapat, kemudian dengan hati-Nya, dan yang melahirkan minimal iman". Dalam satu lagi Hadis ke-15 , Nabi telah dilaporkan untuk menyatakan "Aku memperingatkan kamu mencipta hal yang baru (dalam agama), dan setiap perkara dicipta baru adalah bid ' ah , dan setiap bid ' ah adalah misguidance, dan setiap misguidance adalah dalam neraka Jahannam". Terakhir ini Hadis ke-12 yang selalu diceritakan oleh sebuah khatib (Pemberi) Muhammadiyah khotbah yang implementasi langsung dari motto: selalu kembali ke Al Qur'an dan hadis. Beginilah Muhammadiyah telah tugas untuk memurnikan ajaran Islam dari inovasi apa pun atau korupsi. Hal ini juga serupa dengan ideologi Wahahabism yang dikaitkan oleh banyak ahli dengan gerakan-gerakan modernis atau reformis.
Dasar-dasar Wahabisme berdasarkan pada delapan belas abad-penginjil Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab. Dengan puri-tanical semangat, 'Abd al-Wahhab berusaha untuk menjernihkan Islam dari inovasi dan membawanya ke bentuk asli. Wahabisme disebarkan bahawa Qurán dan hadis Nabi Muhammad merupakan satu-satunya sumber legitimasi dengan demikian gerakan ini dipamerkan permusuhan ekstrim untuk produk-produk tradisional atau klasik dari intelektualisme, mistikisme dan divisi sekolah ( madhahib ) dalam Islam. Dalam Wahabisme meninggalkan mencoba menafsirkan Islam dari sudut pandang kontekstual dan sejarah dan kemudian dianggap sebagian besar Islam sebagai korupsi sejarah dari yang sebenarnya dan Islam asli. Wahabisme sangat tidak bertoleransi untuk praktik Islam yang tahan lama dan dianggap sebagai pemikiran ortodoks, bermuka dua, adopsi yang segera diterjemahkan menjadi mushrik. diri mereka untuk menjadi benar proklamasi dan berwibawa Islam dan dengan itu mempunyai hak dan tanggung jawab untuk memperbaiki perbuatan yang salah dari Muslim lain adalah salah satu ciri khas karakter Wahabisme. Penciptaan daftar panjang dari mushrik dan bid'ah kisah dari Muslim lain adalah yang kedua. Karena sejak kelahirannya, Wahabisme belum menyebar di bawah spanduk sendiri, kenyataannya bahkan istilah Wahabisme dianggap sebagai sikap meremehkan oleh para pengikutnya. Wahabisme telah diubahkan melalui ideologi ini tetapi tidak melalui nama atau spanduk.
Pada abad ke-18, Ibn Saud keluarga yang bergabung dengan gerakan Wahhabi dan orang-orang yang memberontak terhadap Kekaisaran Ottoman di Saudi. Walaupun mereka telah dikalahkan oleh pasukan Mesir dalam 639 ideologi mereka tetap dan terus menyebar hingga awal abad kedua puluh apabila 'Abd al-'Aziz ibn Sa'u > d mengambil alih kuasa dan menciptakan Arab Saudi. Sejarah Islam mencatatkan bahawa pemberontakan Wahhabi sangat karena mereka sembarangan menyembelih berdarah dan meneror siapa tidak bergabung dengan mereka. Ianya selama periode ini yang begitu banyak warisan Islam tradisional telah dimusnahkan. Berkat panggilan dari gerakan-gerakan Islam tradisionalis, seperti Nahdlatul Ulama dari Indonesia, beberapa dari warisan yang telah disimpan.
Akidah diilhami Wahhabi akhir abad kesembilan belas pembaharu, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani kalah berjasanya terhadap perfilman dan Rashid Rida yang berkumpul di bawah bendera tajdid . Teologi mereka dan metodologis yang sama untuk Wahabisme perspektif. Istilah Islam reformis tidak berarti anti-intelektual. Namun demikian, kelompok ini telah menolak Islam, termasuk produk-produk sejarah dari para ulama Islam klasik. Salafism atau Islam reformis sangat sering digunakan kata menghinakan terhadap lawan-lawan mereka, yang mungkin telah mengarah ke pengikut-pengikut mereka yang agresif.
Sebagai hasil dari kebebasan yang lebih besar yang didukung oleh sebuah paradigma demokrasi, Wahabisme dan akhir abad kesembilan belas pembaharu terkenal mengilhami Muslim di berbagai belahan dunia Islam untuk mengubah diri menjadi gerakan terorganisir. Ironisnya termasuk juga fisik atau secara lisan kelompok kekerasan yang melahirkan kemiripan dengan dasar ideologis bagi anti- bid'ah dan menyebarkan tajdid . Disertakan dalam daftar bid'ah adalah tradisi budaya apa pun yang dirayakan di tempat yang sama dan waktu sebagai ritual agama. Akibatnya, ada banyak tradisi lokal yang telah hilang. Di Indonesia Tajdid ini telah dirayakan oleh ideologi Muhammadiyah sejak dekade kedua abad kedua puluh.
Hingga satu dekade yang lalu tujuan pembentukan sebuah tertib Islam dan akan kembali ke Qurán dan hadis dilaksanakan secara konsisten tanpa kepedulian tradisionalis Muslim Indonesia yang mengamalkan suatu campuran antara Islam dan sinkretisme. Sejak awal 1990-an, namun, para pemimpin nasional Muhammadiyah dan NU telah putus asa pengikut-pengikut mereka dari membahas masalah ini karena banyak masalah yang merupakan bagian dari khila > fiyah. 16 kampanye ini belum mencapai tingkat akar rumput.
Ada pertumbuhan cepat dalam elemen liberal yang ditunjukkan oleh kemampuan pemuja untuk mendominasi wacana libera-lization, pertumbuhan jumlah publications dan aktiviti-aktiviti serta keberanian pemuja untuk topik yang berhubungan dengan liberal alamat dalam setiap acara yang diorganisir oleh MHD. Sebagai hasil dari sana ini muncul reaksi keras dari orang-orang fanatik dari -elemen puritan radikal. Tantangan yang harus dihadapi oleh puritan radikal telah didorong fenomena baru ini. Elemen puritan radikal Muhammadiyah telah digunakan setiap upaya untuk membuat konfrontasi. Namun, kedua kelompok liberal dan elemen-elemen radikal telah digunakan seperti Suara MHD media, Tanwir MHD, jurnal dan surat kabar yang dimiliki oleh Muslim 17 yang dalam satu arah atau hubungan telah lain dengan Muhammadiyah Tawarkan.
Sejak Dasar Muhammadiyah pada tahun 1912, para pemimpin telah sangat ingin domesticae perselisihan di antara para pemimpin mereka. Kedua perselisihan agama dan politik telah dipelihara di kalangan mereka. Dasar JIMM telah menciptakan sebuah tonggak bersejarah dalam melanggar tabu dalam modernis ini Islam. Kebebasan berekspresi dan pendapat tidak dapat disembunyikan lebih jauh lagi.

Situasi ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh propo-nents Islam liberal di bagian-bagian lain dunia Muslim karena dalam banyak kasus faktor keuangan tidak masalah, tetapi di Indonesia sudah masalah untuk lawan-lawan mereka. Namun, ide-ide inti liberalisme menerima lebih banyak perhatian dari masalah keuangan. Kedua-dua isu ini dapat ditemukan dalam artikel yang telah muncul dalam Republika , Suara Merdeka jurnal , serta selebaran yang dimiliki ke elemen radikal. Untuk elemen puritan radikal, fakta bahwa LSM-LSM, termasuk JIL (Jaringan Islam Liberal Jaringan Islam Liberal;) dan JIMM telah menerima dukungan keuangan dari negara-negara Barat, seperti Ford Foundation dan Asia Foundation, adalah bagian dari sebuah neo-strategi kolonial. Lembaga Pendanaan ini tidak menyerahkan keluar sebagai orang merdeka hadiah. Agenda inti liberalisme, termasuk pluralisme dan toleransi adalah dianggap sebagai yang bertujuan untuk mengganti nilai-nilai Islam sebagai menentang untuk membebaskan umat Muslim.
Selama pertemuan tertutup PP MHD pada 4 Juli 2002, Mustafa Kamal, dari Forum Peduli Syariah Islam (Forum Peduli Syariáh) menyampaikan keluhan berikut:
Jika toleransi dan isu-isu pluralisme akan berarti mengakui bahwa ada "kebenaran" selain Islam, bahwa ada Child Survival Healthy Start (keselamatan) selain Islam, yang ada dalam jemaat, Child Survival Healthy Start yang ada keselataman dalam rumah ibadat, semua ini mengundang kami untuk berbicara hingga PP Muhammadiyah. Kita menarik apa yang telah terjadi. Sementara teologi Kristen adalah didirikan pada banyak ayat-ayat Al Qur'an itu adalah trinitas yang korup sebagai apa Surah Maa-idah ayat 116, An-Nisa ayat 171, Maa-idah ayat 72, Al-Taubah 30 diakui oleh orang Kristian.
Ia adalah sebuah penyelidikan menarik untuk bertanya bagaimana elemen-elemen puritan Muhammadiyah dapat berubah menjadi kekerasan atau ke dalam kelompok-kelompok radikal yang hampir tidak boleh dikaitkan dengan Islam moderat. Ada dua cara: satu adalah melalui tindakan-tindakan individu dan yang lainnya melalui kelompok-kelompok yang sama sekali baru yang memiliki dasar yang sama dan ideologi. Para pengikut atau para pemimpin MHD yang tidak puas dengan kebijakan MHD tertentu telah berpecah kepada baik individu aktor-aktor radikal atau Grup dengan nama yang sama sekali berbeda. Sebelum kedatangan era reformasi yang ada ada dua berpengaruh dalam sejarah Indonesia dalam hubungannya dengan argumen-Ku, Kahar Muzakkar dan Ir. H.M. Sanusi.
Kahar Muzakkar dididik di MHD sekolah di Sulawesi Selatan dan Solo, Jawa Tengah. Ia adalah anggota aktif dari MHD Hizbul Wathan kadang sebelum dia terlibat dalam Darul Islam (DI) pemberontakan di tahun 1952. Menurut Martin van Bruinessen, anggota lain dari Darul Islam juga mempunyai latar belakang modernis. 19 Sanusi adalah salah satu Wakil Ketua dari MHD pada tahun 1984, Menteri Perindustrian dalam pemerintahan Orde Baru (1966-1968), dan salah seorang pendiri HMI (Asosiasi Mahasiswa Islam). Ia terlibat dalam menyediakan dana untuk BCA pada tahun 1984 dan bom dikirim ke penjara selama 20 tahun bersama-sama dengan beberapa anggota lain dari Petisi 50. 20 Sementara tidak satu pun dari apa yang mereka lakukan adalah dalam nama Muhammadiyah dan para pemimpin Muhammaidyah cenderung untuk memutus koneksi mereka, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa latar belakang mereka adalah sebagai pemimpin Muhammadiyah.
Di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan di mana saya yang dilakukan beberapa penelitian, salah satu dapat menemukan sejumlah pemimpin Muhammadiyah yang bergabung dengan organisasi yang memiliki platform yang berbeda dari Muhammadiyah, Hizbut Tahrir seperti di Kalimantan Selatan dan KPPSI di Sulawesi Selatan. Hizbut Tahrir (HT) didirikan pada tahun 1953 oleh Taqiy al-Din al-Nabhani di Palestina dan dibawa ke Indonesia oleh 'Abd al-Rahman al-Baghdadi, seorang aktivis Muslim dari Australia. Di Indonesia HT masih di bawah tanah sampai kejatuhan pemerintah Soeharto. Kebebasan untuk mendirikan asosiasi apa pun dan pendapat express sebagai hasil dari reformasi telah menjadikannya mungkin untuk HT untuk menjadi membuka organisasi. Hibut Tahrir adalah sebuah partai politik, tetapi ia tidak ikut serta dalam dua pemilihan umum di Indonesia. Tujuan HT bersifat terbuka; untuk membangun kembali sistem khilafah dengan hukum Islam sebagai 1945.
KPPSI didirikan sebagai hasil dari Kongres Muslim (2000) yang diselenggarakan oleh para ulama Muslim Makassar. Kekuatan pendorong di balik kongres adalah bagian dari perayaan Reformasi. Disertakan dalam bapa pengasas-KPPSI Abdul Aziz Kahhar Muzakkar (anak Kahhar Muzakkar, pelopor atas DI/TII), KH. Djamaluddin Amien (Ketua Muhammadiyah, Sulawesi Selatan), Alwi-yuddin, Kepala Divisi Dakwah Muhammadiyah, KH. Sanusi Baco (Ketua NU Sulawesi Selatan), Tamsil Linrung (HMI dan PAN) AM Fatwa (PAN) dan beberapa tokoh penting lainnya dari Sulawesi Selatan. KPPSI tujuan yang jelas yang menerapkan Syariáh Islam di bawah otonomi khusus dari Sulawesi Selatan.
KPPSI memiliki disebut Laskar Jundullah divisi (Tentera Tuhan) yang telah dikepalai oleh Agus Dwikarna yang sekali tertangkap dalam Manilla dan dituduh membawa bahan peledak. KPPSI secara resmi menyatakan bahwa mereka akan tetap berada di bawah NKRI (Amerika Serikat dari Republik Indonesia) dan mereka tidak akan menggunakan kekerasan dan mereka mengakui keberadaan DPR (Orang Majelis Perwakilan). Survei-Ku dari berbagai media lokal telah menunjukkan bahwa Laskar Jundullah telah terlibat dalam beberapa tindakan-tindakan kekerasan, atau sekurang-kurangnya menggunakan retorika yang dapat mendorong kekerasan.
Setelah provinsi Aceh telah diisytiharkan di bawah hukum Islam oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2001, KPPSI dikirim delegasi untuk memenuhi Akbar Tanjung, Juru Bicara DPR/MPR untuk permintaan status yang sama untuk Sulawesi Selatan. Tidak ada tindak lanjut apa pun. Pada Bulan Maret 2005, KPPSI dilakukan Kongres Muslim yang ketiga dalam Bulukumba Sulawesi Selatan. Kongres ini dibuka secara resmi oleh Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR, yang dulunya Presiden PKS. Sejak saat itu, KPPSI tidak menunjukkan apa-apa perkembangan yang signifikan. Ketenangan dan ketenteraman ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Jusuf Kalla, yang merupakan anggota Dewan Penasihat KPPSI, yang sekarang Wakil Presiden negara. Ada masalah politik dari Sulawesi Selatan yang akan memiliki dampak nasional yang berpotensi dapat membahayakan Kalla posisi politik. Kalla sebagai calon Wakil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menguat lebih dari 73% suara di Sulawesi Selatan.
Dalam sebuah wawancara, Djamaluddin Amien, Ketua Muhammadiyah Sulawesi Selatan, menjelaskan bahwa keputusan para pemimpin Muhammadiyah yang bergabung KPPSI sepenuhnya pilihan individu mereka sendiri dan tidak ada hubungannya dengan Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi. Nasaruddin Razak, ketua Muhammadiyah sebelum Amien periode dengan posisi Amien setuju. Alwiyuddin berpikir bahwa satu-satunya cara untuk menerapkan hukum Islam adalah melalui KPPSI, karena Muhammadiyah tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya. Sangat sulit untuk memprediksi apakah KPPSI akan berhasil dalam agenda mereka untuk menerapkan hukum Islam di Sulawesi Selatan, tetapi apa yang jelas adalah bahwa sebagian besar para pemimpin dari dukungan Muhammadiyah komite ini secara individu.
Hasil dari beberapa wawancara dengan para pemimpin Muhammadiyah di Makassar adalah bahwa hanya ada satu kesimpulan penting kita dapat membuat bahwa alasan utama di balik para pemimpin Muhammadiyah bergabung KPPSI adalah kegagalan Konstitusi Indonesia dalam membawa untuk mengakhiri moralitas buruk di Indonesia. Menurut hukum yang ada pemerintah Indonesia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan masalah sosial dan agama. Aparat pemerintah, termasuk hakim, polisi, tentara dan lain-lain tidak memiliki roh yang kuat untuk mendorong baik perbuatan moral keagamaan dan untuk melarang tindakan-tindakan dinilai buruk menurut Islam. KPPSI dipercaya untuk dapat melakukan tugas ini amr ma'ru > f nahy munkar.
Para pemimpin Muhammadiyah lokal di Sulawesi Selatan tidak dihadapkan oleh atau liberal elemen progresif; walau demikian, ini adalah nyata pada tingkat nasional. Benturan antara kelompok liberal dan elemen-elemen puritan radikal telah mengambil bentuk tertentu. Pada headquar nasional-ters Muhammadiyah rumor menyebar yang ada berbagai pemikiran pada lantai ketiga dan keempat bangunan, mazhab lantai kapal dan mazhab lantai tiga. 21 Pada lantai empat di kantor-kantor IRM IMM, dan Pemuda Muhammadiyah. Orang-orang yang aktivis resmi ini tubuh otonom Muhammadiyah di kemudian lebih dikenal sebagai aktivis JIMM dan PSAP. Sementara pada lantai ketiga adalah kantor MTDK ( Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus , atau Dewan  Tabligh dan Dakwah ) yang khusus para aktivis-puritan radikal. Sidang Tabli > gh melihat bahwa kelompok-kelompok liberal tidak hanya menyimpang Dari ideologi tajdi Muhammadiyah namun mempertimbangkan bahwa JIMM juga telah menyimpang dari Islam. Ianya sejak penerbitan Tarjih Journal , benturan antara dua elemen telah institutionally dan secara akademik didirikan. Dalam sebuah Tabligh, 8 Juni 2005, Fakhrurrazi Reno Iskandar Sutan jumlah yang ditujukan keprihatinan bahwa tantangan yang dihadapi Muhammadiyah. Keprihatinan yang paling berbahaya menurut Sutan adalah keberadaan elemen-elemen liberal dalam Muhammadiyah. Dia menyimpulkan bahawa Sidang Tabligh telah untuk berada di bagian terdepan untuk melindungi Muhammadiyah dari bahaya seperti itu.
Untuk sebagian besar para pemimpin regional Muhammadiyah di tiga provinsi di mana saya melakukan kerja lapangan-Ku pembentukan LSM liberal oleh para cendekiawan muda Muhammadiyah, seperti JIMM, adalah ancaman nyata untuk Muhammadiyah. Adijani al-Alabij, wakil ketua Muhammadiyah, Makasar, misalnya, berpendapat bahwa reformasi gagasan bahwa Muhammadiyah mengambil dari Muhammad Abduh, Rashid Rida dan Al-Afghani kalah berjasanya terhadap perfilman tidak ada hubungannya dengan liberalisme. Reformasi yang telah berkampanye untuk Muhammadiyah sejauh ini adalah untuk kembali ke Qurán dan hadis Nabi Muhammad. JIMM tidak berbeda dari JIL dalam ertikata bahawa kedua-dua penyebaran virus liberal yang membahayakan Islam, advocate teologi Kristian, penjajah atau agen Barat dan adalah hamba kepada ide-ide What Went. Untuk mereka telah sedikitnya tiga pluralisme ancaman: (1) ia akan membuat sebuah generasi Muslim lemah dalam hal bagaimana mereka tahan untuk ketat ajaran Islam, (2) ia akan membuat sebuah genus-Muslim yang sekuritas ceroboh tentang apakah cara hidup mereka adalah sesuai dengan Islam atau tidak, dan paling serius (3) yang kedua bahaya akan berarti bahwa perjuangan untuk menerapkan hukum Islam akan gagal.
Apa yang saya menemukan menarik adalah para pemimpin ini yang express resistance kuat seperti ide-ide liberal secara umum untuk menggunakan media untuk mempromosikan dan menjelaskan posisi mereka. Singkatnya, kedua-dua-puritan radikal dan elemen liberal telah menggunakan apa teoritikus demokratis menyarankan merupakan prasyarat bagi demokrasi. 22 Namun, apabila ia datang ke demokrasi prosedural di mana ada kemungkinan untuk sebagian besar untuk memerintah, ada sangat ancaman nyata untuk orang-orang yang mempromosikan ide-ide liberal. Ini adalah apa yang terjadi selama kongres nasional yang terjadi di Malang 2005,- elemen puritan radikal sementara memenangkan posisi struktural melalui elemen liberal.
Elemen ketiga adalah elemen politik-pragmatis . partai politik PAN dimulai, didirikan dan mula-mula diketuai oleh Amien Rais, ketua Muhammadiyah PP 1995-2000. Menurut pan adalah sebuah platform mereka dan membuka partai politik sekuler. Praktis dan secara pragmatis bisa, kedua pemimpin dan pengikut-pengikut Muhammadiyah telah diserap oleh PAN pada tingkat nasional dan lokal. Oleh karena itu, politik oleh anak-anak muda yang ambisius Muhammadiyah telah mengaktifkan pan ke sebuah alternatif untuk PPP yang digunakan untuk channel baru lahir politisi dari Muhammadiyah sebelum era reformasi.
Komitmen dari PAN untuk menjadi partai politik sekuler telah ditunjukkan melalui pengangkatan stafnya yang tidak hanya dari Muhammadiyah atau adalah Muslim, tetapi juga yang non-Muslim. Pembawa office ini kemudiannya diberikan kesempatan untuk terdaftar pada daftar calon pileg untuk tahun 1999 dan 2004 pemilihan umum. Meningkatnya jumlah para politikus muda dari Muhammadiyah di satu sisi dan perekrutan dari luar Muhammadiyah pada dibuat PAN mustahil untuk lain menyediakan ruang yang cukup untuk anak-anak Indonesia dari Muhammadiyah untuk bergabung dengan partai ini.
Setelah menyadari bahwa PAN tidak akan memberikan ruang yang memadai untuk kader Muhammadiyah, Amien Rais telah berupaya untuk menunjukkan bahwa PAN tidak memiliki hubungan formal dengan Muhammadiyah selain dari fakta sejarah yang didirikan oleh-Nya. Banyak kader Muhammadiyah di tingkat lokal telah putus asa Muhammadiyah, untuk memilih pengikut PAN. Kampanye mereka slogan adalah, "Amien Rais Ya, PAN Tidak Ada". Kader lokal telah secara pragmatis bisa aktif dan telah berhasil. Di Jawa, namun, kategori yang sama dari kader Muhammadiyah mengambil pendekatan yang lebih strategis oleh menyerukan sebuah tindakan yang lebih baik yang adalah untuk menetapkan sebuah partai politik baru untuk Muhammadiyah.
Wacana pembentukan sebuah partai politik Muhammadiyah mula-mula ditujukan selama Tanwir diselenggarakan di Desember Mataram 2004 selama yang ia memutuskan bahwa anak-anak muda Muhammadiyah dapat mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendirikan sebuah partai politik. Pada bulan Desember 2004, sebuah tim yang terdiri dari 12 anggota, termasuk Abdul Mu'thi (Ketua Pemuda Muhammadiyah), Ahmad Rofiq (Ketua Sudar IMM), Siandes (Ketua IRM) dan Ketua Nasyiatul Aisyiyah bertemu di Markas Nasional Muhammadiyah dan setuju untuk menemukan PAM (Asosiasi Mandat Muhammadiyah). Pada Bulan Maret 2005, dasar PAM secara resmi mengumumkan di tempat yang sama. Untuk periode sementara, aspirasi politik dari para politikus muda tertentu Muhammadiyah telah diakomodasi.
Ada beberapa penjelasan lain untuk pembentukan PAM. Ianya sangat jelas bahwa berdasarkan sejarah Muhammadiyah telah resis penting untuk setiap ideologi-selain Islam. Fakta bahwa PAN adalah sebuah partai politik terbuka dengan platform sekuler, dari yang para politikus non-Muslim juga direkrut, telah menciptakan dilema untuk Muham-madiyah. Jadi bagi elemen puritan Muhammadiyah, hujah yang menggerakkan belum memberikan cukup ruang untuk Muhamma-para politikus Diat (denda menyembunyikan masalah teologi dalam wacana ini. Bagaimana dapat kumpulan puritan radikal dari dukungan Muhammadiyah para politikus yang tidak Muslim? Dalam dua diskusi kelompok terpisah di Kantor Pusat Provinsi Muhammadiyah di Banjarmasin dan Makassar, semua pemimpin Muhammadiyah yang hadir dalam wawancara grup sepakat bahwa terdapat sebuah pertanyaan yang sangat serius untuk diminta pada peran Muhamma-Diat (denda para politisi di PAN. Mereka mempertanyakan mengapa para politikus Muhammadiyah begitu lemah kapanpun mereka menemukan perbuatan salah di daerah yang dihormati. Walaupun, mereka setuju bahwa terdapat elemen-elemen lain dalam pan, tetapi mereka tidak dapat memastikan apa elemen-elemen ini.
Penjelasan lain dapat berhubungan dengan upaya upaya PKS (kesejahteraan dan Partai Keadilan) untuk menarik para politikus muda dari Muhammadiyah. Agenda-agenda PKS tidak sangat berbeda dari apa yang banyak pemimpin Muhammadiyah telah berjuang untuk yang merupakan bagian dari "mendorong baik dan melarang salah". Namun, penampilan eksklusif 24 dari para aktivis PKS nampaknya menantang penampilan inklusif intelektual muda Muhammadiyah. PKS, sebelumnya PK (Partai Keadilan, mula-mula didirikan oleh mahasiswa Muslim dari kampus-kampus universitas sekuler, disebut Gerakan Tarbiyah, yang mencoba untuk mengabaikan divisi Muslim berdasarkan sekolah hukum. Di antara berbagai tokoh pendiri telah Abu Ridho dan Rahmat Abdullah, kedua-duanya adalah lulusan al-Azhar University, di Kairo.
Diilhami oleh Sayyid Qtub ide, kelompok ini (disebut usroh yang kemudiannya dikenali sebagai halaqah ) dibahas beberapa buku yang ditulis oleh Qtub di bawah murabbi atau instruktur. Di bawah rezim penindas Soeharto, kelompok-kelompok ini memelihara kegiatan mereka atau rahasia sedikitnya tidak jadi agresif dalam penampilan mereka. Era Reformasi telah tidak hanya memberikan cara untuk mereka yang akan terbuka untuk umum, tetapi juga menjadi sebuah partai politik. Karena banyak dari para pemimpin nasional PKS berasal dari latar belakang Muhammadiyah, para politikus muda tertentu Muhammadiyah juga didorong untuk bergabung. Banyak, bagaimanapun, nampaknya enggan karena penampilan eksklusif dari para politikus PKS.

Kongres Malang 2005 dan kemenangan Radikal-Puritan
Faktor-faktor utama yang membuat Kongres Malang Muhammadiyah 2005 secara signifikan penting dalam Islam Indonesia dan politik termasuk kemenangan Dhien Syamsuddin, penghancuran "liberal" dan domesticating sayap-sayap politiknya, PAM. Salah satu pertanyaan menarik adalah: skenario macam apa yang sedang berlangsung, yang membolehkan keadaan untuk menghasilkan kenyataan ini? Ini membawa kepada dua pertanyaan lebih lanjut: elemen yang Muhammadiyah memainkan peran penting dan mengapa elemen ini menang? Penjelasan untuk pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita memahami lebih jauh tentang perspektif Muhammaidyah di masa depan Indonesia.
Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah melalui memeriksa figur sentral yang telah terpilih untuk kursi kepemimpinan nasional Muhammadiyah bakti 2005-2010 dan yang dapat memilih untuk dia. Secara prosedural, pergantian dalam kepemimpinan Muhammadiyah sangat demokratis dalam pengertian bahwa setiap pemimpin yang memenuhi prasyarat administratif yang berhak untuk menjalankan dalam pemilihan. Pada langkah pertama setiap pemimpin yang ingin menjalankan dalam pemilihan telah untuk menyelesaikan sebuah bentuk yang disebut CPCPM ( Catatan Pokok Calon Pemimpin Muhammadiyah atau catatan utama pencalonan kepemimpinan Muhammadiyah) di mana kandidat untuk menyediakan informasi yang ia perlu mendukung nominasi-Nya.
Meskipun kenyataan bahwa orang-orang yang diurutkan dan tercantum nama-nama calon fasilitator daerah dari Tanwir di mana hanya jumlah terbatas para pemimpin lokal dihadiri, ia adalah perwakilan lokal yang memainkan peran terbesar dalam menentukan siapa yang harus dipilih. Mayoritas penduduk lokal represen-tatives Dhien Syamsuddin di tengah-tengah terpilih 204 kandidat yang memenuhi kriteria untuk memimpin Muhammadiyah untuk bakti 2005-2010. Menurut Asnawi Mukti, "untuk melindungi Muhammadiyah dari bahaya liberalisme, seperti JIL dan JIMM, hanya sebuah gambar seperti Syamsuddin adalah cocok untuk memimpin Muhammadiyah." Mukti dilihat pemimpin seperti Abdul Munir Mulkhan dan Amien Abdullah sebagai liberal dalam ertikata bertentangan dengan ideologi Muhahmmadiyah bid'ah dan mengelak dari . "Bagaimana dapat dibawa oleh orang-orang Muhammadiyah yang mengakui bahwa semua agama adalah sama?", ia bertanya. 25 nada meminta maaf  Syamsuddin sebenarnya tidak gambar baru dalam wahana politik Islam Indonesia. Ia tumbuh dalam sebuah keluarga dikhususkan dari latar belakang NU tetapi melonjak ke lingkaran Muhammadiyah dan menjadi ketua IMM sementara (Asosiasi Mahasiswa Muhammadiyah) pada tahun 1985. Ini adalah berpolitik yang pertama ia terus terlibat dalam hingga posisi yang terbaru. Setelah menyelesaikan gelar PhD di UCLA dia menjadi ketua departemen riset dan pengembangan Golkar. Ia terpilih sebagai salah satu dari ketua Muhammadiyah untuk periode 2000-2005 selama Kongres Nasional Muhamma-Diat (denda pada tahun 2000.
Apa yang membuat Syamsuddin berbeda dari kedua perspektif pribadinya dan sebagai ketua Muhammadiyah adalah bahwa setelah ia diangkat sebagai Sekretaris Jenderal semi-Sidang pemerintah Cendekiawan Islam Indonesia (MUI) beberapa fatwa kontroversial > s (maklumat keagamaan) dikeluarkan sementara ia melayani posisi ini. Ini adalah dua kali lipat dengan keterampilan-nya sebagai kunci juru bicara MUI. Dengan melakukan hal ini dia di bawah dihantui Ketua MUI, GAPURA Sahal Mahfud. Di bawah pengesahan Presiden interim B.J . Habibie, Syamsuddin telah dilantik untuk posisi Sekretaris Jenderal MUI selama Kongres Nasional Ke-6 pada tahun 2000. Robert Hefner disertakan Syamsuddin sebagai salah satu dari tiga paling bertanggung jawab untuk outreach Suharto ke negara-negara Muslim garis keras. 26 Selama konflik Maluku Muslim-Kristen pada 2000-2002, Syamsuddin memberikan dukungan moral secara eksplisit paramilitaries Islamis berjuang Kristen untuk di kepulauan Maluku. Ia juga menyatakan jihad (perjuangan suci) terhadap kita ketika George W. Bush menyerang Afghanistan setelah 11 September, 2002. 27
Selama periode Syamsuddin bertindak sebagai Sekretaris Jenderal MUI, MUI menjadi objek kecaman-kecaman terhadap para penyokong nilai-nilai demokrasi, seperti pluralisme dan kebebasan beragama. Ada 11 MUI fatwa mengumumkan dalam Kongres Nasional di bulan Juli 2005 yang kontroversial extraordinarly karena mereka memberikan tanda bahwa semi-sidang pemerintah ulama telah terkooptasi oleh sayap radikal Islam Indonesia. 28 11 fatwa MUI terkejut tidak hanya dari orang-orang yang dari para pendukung demokrasi, tetapi juga orang-orang yang dianggap sebagai moderat. Yang paling kontroversial di kalangan sebelas fatwa tidak: (1) MUI maklumat bahwa pluralisme, sekularisme dan liberalisme tidak diizinkan dalam Islam; (2) 29 Ahmadiyah adalah h } araa > m; (3) doa bersama dengan non-Muslim adalah h } araa > m karena adalah bid'ah . 30 dalam satu kesempatan Syamsuddin menyampaikan pandangan pribadi pada SKB Ahmadiyah mengatakan bahwa karena tidak Ahmadiyah percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, mazhab ini Islam telah menyimpang dari arus utama dari Islam. Skb Ahmadiyah dan JIL telah menjadi target kekerasan Islam radikal di beberapa kali sejak.

Kesimpulan

Kemunculan tiga elemen dari Muhammadiyah itu adalah hasil benih-benih nilai-nilai demokrasi. Dengan menggunakan demokrasi prosedural di Kongres Nasional pada bulan Juli 2005, dan progresif liberal elemen-elemen pragmatis politik telah dikecualikan dari panggung, setidaknya untuk sementara waktu. Kemungkinan proses ini menjauhkan orang-orang yang mempromosikan nilai-nilai demokrasi normatif melalui demokrasi prosedural sangat terbuka. Ianya tidak mustahil sayangnya dalam karena semua spasi telah terpasang erat ditutup untuk kemajuan seperti itu. Dengan kata lain, Islam reformis seperti Muhammadiyah dapat mengambil dan menggunakan demokrasi prosedural namun ada sebuah dilema yang nyata ketika ia kena kepada nilai-nilai demokrasi normatif, terutama ketika bergelut ideologi mereka. Ada sebuah dilema yang nyata, baik dalam Islam dan demokrasi.
Meskipun kenyataan bahwa sejak pertengahan 1995, telah ada beberapa pengembangan Muhammadiyah terhadap nilai-nilai demokrasi, dua kondisi menjadi hambatan, mula-mula sekali selalu, gaya kepemimpinan individu yang sangat tergantung pada sebagian besar yang memiliki hak untuk memilih selama Kongres Nasional dan kedua, ideologi puritan yang merupakan kekuatan utama memelihara organisasi ini wujud. Oleh karena itu, Muhammadiayh institutionally modern, idealnya, tetapi secara ideologis reformis puritan radikal dan mempunyai potensi untuk bersikap agresif dan kekerasan dalam bentuk apa pun. Sejak Muhammadiyah adalah salah satu dari organisasi-organisasi Islam terbesar di dunia dalam hampir setiap dimension, dan mempunyai potensi untuk memimpin ini pengikut di arah yang mungkin melibatkan kekerasan, untuk memelihara memperbarui dan mengevaluasi pengetahuan kita tentang ia adalah sangat bermakna.

REFERENSI

Abdullah, Amin. Dinamika Islam Kultral: Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer. Bandung: Mizan, 2000.
Abdurrahman, Moeslim. Muhammadiyah sebagai Tenda Kultural . Jakarta: Ideo Tekan dan Maarif Institute Budaya dan Kemanusiaan, 2003.
Al-Badry, Hamka Haq. Koreksi Terhadap Total SKB Ahmadiyah. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, tahun 1981.
Dijk, C. van. Pemberontakan di bawah bendera Islam: Darul Islam di Indonesia . Den Haag: M. Njihoff, tahun 1981.
Fachruddin, Fuad. Mendidik bagi Demokrasi: Ide-ide dan praktik-praktik Asosiasi Masyarakat Madani Islam di Indonesia . Tesis PhD. Universitas Pittsburgh, 2005.
Gonggong, Anhar. Abdul Kahar Muzakkar: Patriot Kami harus menyebut Hingga maupun diseminasi ke . Yogyakarta: Ombak, 2004.
Hefner, Robert, W. Globalisasi, tata pemerintahan dan krisis Islam Indonesia . yang disampaikan pada konferensi tentang Globalisasi, Kapasitas Negara, dan penentuan Diri Muslim, Center for Global, International, dan Kajian Regional. Universitas California-Santa Cruz, Maret  7-9, 2002.
Latief, Hilman. "Post-Puritanisme Studi Pergulatan Wacana Keagamaan Muhammadiyah asuhnya" ke Muda Muhammadiyah 1995-2002",
Tanwir: Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban , Vol. 1, No. 2, Jakarta: PSAP Muhammadiyah, Juli 2003.
Lavan, Spencer. Dalam Gerakan Ahmadiyah: masa lalu dan masa kini . Amritsar: Department Sejarah, Guru Nanak Dev University, tahun 1976.
Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. Tematik Tafsir Al Alquran tentang Besar Tamu jurusan Hubungan Sosial Antar Umat Beragama . Yogyakarta: Pustaka SM, 2000.
Merencanakan pembangunan, Misuo. Bulan Sabit Timbul Atas Pohon beringin . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Tekan, 1983.
Saifullah. Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi . Jakarta, 1997. Grafiti:
Stace realitas, Apa nilai-nilai kita?: Nilai-nilai secara umum, nilai-nilai demokrasi dan Mengapa Kita Gagal?. Lincoln: Universitas Nebraska, 1950.
Van Bruinessen, Martin. "Tariqa Khalwatiyya dalam Jurnal Celebes Selatan", dalam Harry A. Poeze en Schoorl Pim (eds.). Excursies dalam Celebes. Juga apa bundel bijdragen afscheid bij het van J. Noorduyn . Leiden: KITLV Uitgeverij, 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penusukan Syekh Al Jabir

  Penulis Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya | Editor David Oliver Purba LAMPUNG   KOMPAS.com – Ulama dan pendakwah Syekh Ali Jaber meminta...