ANCAMAN
NYATA DARI DALAM:
PERUBAHAN IDENTITAS MUHAMMADIYAH DAN
DILEMA DEMOKRASI
Oleh:
SUAIDI
ASYARI
IAIN
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN - JAMBI
Abstrak: Karya ini akan melihat Muhammadiyah sebagai perubahan organisme
terus-menerus dari yang telah tumbuh-modernis, liberalist reformis, progresif
pragmatist politik dan berpotensi fundamentalis kekerasan-Muslim radikal . Ia
akan berpendapat bahwa lintasan lewat dan kemenangan elemen-puritan radikal
dalam Kongres Nasional 2005 dapat berpotensi menjadi penghalang bagi
keterlibatan Muhammadiyah dalam proses menerapkan nilai-nilai demokrasi di
Indonesia di masa depan. Untuk menonton lintasan Muhammadiyah adalah kritisnya
penting karena fakta bahwa organisasi ini adalah salah satu kekuatan di dunia
terhadap proses demokratisasi. Agar dapat pada jalur yang benar dari demokrasi,
Muhammadiyah telah mengatasi sengketa internal dengan nilai-nilai demokrasi.
Hanya dengan cara mengatasi masalah perselisihan internal ini dapat organisasi
ini memastikan peranannya dalam menyebarkan dan menyebarkan ide-ide demokrasi
serta amalan-amalan di Indonesia.
Kata Kunci: Muhammadiyah, perubahan identitas, demokrasi.
Pendahuluan: Ringkasan Muhammadiyah
Untuk saat ini, Muhammadiyah telah dianggap
sebagai organisasi Islam moderat yang berada dalam posisi yang sama untuk
Nahdlatul Ulama (NU) dan tidak mempunyai hubungan dengan individu atau
organisasi radikal yang dapat dikaitkan dengan ideologi Islam radikal. Karya
ini akan saya berpendapat bahwa ada beberapa penting faktor-faktor yang telah
diabaikan atau diabaikan dalam pemahaman ini Muhammadiyah. Dengan ideologi
mempromosikan "termurni" dan "tertera" bentuk Islam untuk
mendirikan tertera masyarakat Islam mungkin, Muhammadiyah didirikan di
Yogyakarta pada tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan. Lembaga-lembaga Muhammadiyah
telah disalin minionaris Kristen dalam hal pendekatan mereka untuk pendidikan,
panti asuhan, klinik kesehatan dan rumah-rumah orang miskin. Hal ini sengaja
dirancang untuk menyeimbangkan upaya-upaya para misionaris Kristen yang
mengkonversi masyarakat setempat kepada Kekristianan.
Sebagai organisasi sosial-keagamaan,
Muhammadiyah tidak ada koneksi struktural dengan partai-partai politik. Namun,
tidak ada masalah agama tidak nasional penting bahwa Muhammadiyah belum
menjawab. Ideologi Muhammadiyah telah sangat dipengaruhi oleh Wahabism,
Muhammad Abduh, Rahid Ridha dan al-Afghani kalah berjasanya terhadap perfilman.
Adonan dari pengaruh-pengaruh ini, bersama dengan masalah-masalah politik dan
agama setempat pada saat pembentukannya, telah menghasilkan sebuah gambar kabur
dari organisasi ini. Muhammadiyah telah berlabel Muslim lain yang tidak
mempraktikkan cara yang sama seperti yang mereka lakukan sebagai berlatih dalam
konfirmasi (takhayul, bid'ah dan churafat). Suatu organisasi disertakan
dalam hal ini NU yang bertoleransi terhadap penggunaan kostum lokal dalam
kegiatan dakwah mereka. Merencanakan pembangunan menegaskan bahwa MHD mewakili
sebuah link dalam rantai Indonesia yang "Islamisasi" yang sedang
berlangsung, hingga baru-baru ini sendirian Muhammadiyah hampir lima ribu
kontrol (4762) lembaga pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai universitas. Ada empat cara yang terpasang untuk
Muhammadiyah. Mula-mula, semua lembaga-lembaga ini memiliki tanda-tanda yang
secara resmi mark mereka sebagai milik Muhammadiyah. Kedua, kurikulum digunakan
menarik dari ideologi Muhammadiyah dan doktrin dan dirancang oleh anggota
Muhammadiyah. Ketiga, semua staf administrasi mengajar adalah anggota
Muhammadiyah yang memiliki kartu keanggotaan, tanpa yang tidak ada satu dapat
terlibat dalam sebuah lembaga Muhammadiyah. Akhirnya, sebuah persentase kecil
dari pendapatan bersih tahunan lembaga harus dibagikan dengan Dewan Pengurus
Nasional yang mendistribusikan dana untuk organisasi yang memerlukan dukungan.
Dari ini, satu dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara lembaga-lembaga
Muhammadiyah dan ia mengendalikan adalah secara struktural dan ideologi yang
mengikat.
Selain dari lembaga-lembaga pendidikan,
kontrol juga Muhammadiyah 315 rumah sakit dan klinik kesehatan, 240 panti
asuhan, 1026 lembaga-lembaga keuangan termasuk perbankan, penyedia asuransi dan
koperasi dan ribuan rumah doa, yaitu masjid, mushalla, langgar dan lain-lain.
Muhammadiyah membangun, memperluas dan menyegarkan hubungan-dengan Muslim
Indonesia melalui lembaga-lembaga ini. Dalam satu erti hubungan ini dapat
membangun banyak modal sosial yang akan memberikan kontribusi bagi demokrasi.
Dalam menjalankan organisasi dan institusi,
Muhammadiyah menerima dana dari tiga sumber-sumber utama termasuk: donator
internal kedua reguler dan insidental, biaya untuk orang-orang yang menggunakan
fasilitas-fasilitas yang disediakan, dan donor eksternal. Secara eksternal,
Muhammadiyah juga menerima dana dari Timur Tengah dan negara-negara Barat;
walau demikian, sumber-sumber eksternal ini tidak muncul sangat signifikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, namun, karena pada pembatasan dari negara-negara
Barat, kebanyakan sumbangan dari negara-negara Timur Tengah telah discon-tinued.
Pemimpin lokal Muhammadiyah (dari cabang Jambi) telah mengungkapkan
keprihatinan bahwa kampanye Barat melawan terorisme telah memiliki dampak
signifikan terhadap hubungan antara organisasi-nya dan pendukung Timur Tengah
mereka, khususnya para donor.
Semua lembaga-lembaga ini memainkan peran
penting dalam indoctrinating ajaran-ajaran Islam yang diamalkan oleh
Muhammadiyah. Dalam setiap instansi adalah membangun rumah doa-doa harian untuk
di mana tiga penting kegiatan keagamaan biasanya diorganisir; setiap hari dan
Jumu'ah , dakwah dan mengumpulkan donasi atau sedekah (infaq atau shadaqah)
untuk tujuan internal . dakwah biasanya dilakukan kegiatan setelah setiap doa.
Ritual Islam yang diamalkan oleh Muhammadiyah diperkenalkan melalui pengalaman
langsung dan alasan-alasan untuk melakukan ritual seperti dimasukkan bersama
dengan dakwah .
Sebuah studi baru-baru ini pada demokrasi di
Indonesia (Mujani 2003) mengungkapkan bahwa 18% dari yang dikhususkan Muslim
Indonesia ( santri ) erat mengasosiasikan diri mereka dengan Muhammadiyah dan
48% dengan NU. Perkiraan terbaru dari jumlah orang-orang yang mengaitkan diri
mereka dengan Muhammadiyah, dirujuk sebagai unia besar Muhammadyah adalah
sekitar 25 hingga 30 juta. Tetapi keanggotaan terdaftar Muhammadiyah adalah kurang
dari satu juta. Aku tidak mendapat angka resmi pengikut-pengikut Muhammadiyah
yang dapat diandalkan. Saya mengusulkan untuk memanggil mereka
"pengikut" Muhammadiyah sebagai mereka ikuti metode tertentu dari
praktik Islam atau datang dari keluarga tertentu, yang telah terlibat dalam
organisasi untuk waktu yang lama, tetapi mereka tidak selalu terdaftar atau
adalah anggota Muhammadiyah. Merujuk kepada mereka sebagai anggota Muhammadiyah
dapat menyesatkan.
Terdapat perbedaan yang sangat penting antara
para pengikut dan mem-bers karena hanya yang terakhir memiliki privilese
seperti akses ke posisi kepemimpinan di dalam tubuh struktural Muhammadiyah.
Hanya orang-orang yang memiliki kartu keanggotaan dapat diangkat menjadi di
kepala atau ketua lembaga Muhammadiyah. Namun, para pengikut memainkan peran
penting dalam Muhammadiyah menerapkan kebijakan dan keputusan-keputusan
Muhammadiyah Tawarkan kedua dalam hal agama dan politik. Kebijakan-kebijakan
Muhamadiyah, keputusan-keputusan dan fatwa tentang urusan-urusan keagamaan
memainkan peran penting dalam membangun roh attachment antara Muslim Indonesia
yang mempraktikkan setel ritual Islam di satu sisi dan Muhammadiyah sebagai
sebuah organisasi pada yang lain, pada dasarnya antara budaya dan Muhammadiyah
struktural.
Merek dagang Muhammadiyah sebagai organisasi
reformis-modernis didirikan pada dua penjelasan. Mula-mula, Muhammadiyah
mengadopsi kepemimpinan Barat dalam organisasi dan institusi. Kedua,
Muhammadiyah mendukung gagasan mereformasi pemahaman Islam begitu disebutkan
sebagai pembaharuan. Pengaruh Wahabisme dan Ibn Taimiyya yang radikal ideologi
konservatif telah diabaikan dan belum secara sungguh-sungguh diambil kira.
Perubahan Identitas Muhammadiyah
Kejatuhan pemerintah Orde Baru pada tahun
1998 telah membawa kepada kemajuan luar biasa dari gerakan-gerakan masyarakat
sipil di Indonesia. Gerakan-gerakan berbasis keagamaan dilihat sebagai salah
satu dasar-dasar kemajuan ini. Dari kelompok yang lebih besar telah muncul
lebih kecil baru karakter khusus dengan segmen agenda-agenda dan dan dimasukkan
dalam grup yang lebih besar ini adalah Muhammadiyah (MHD). Sejumlah intelektual
progresif muda dari MHD telah diprakarsai berbagai lembaga dan jaringan
individu. Dalam hal wacana, mereka telah menyatakan dalam bentuk-bentuk (a)
liberal, (b) radikal-puritan, dan (c) elemen-elemen pragmatis-politik. Saya
menyadari bahwa ia adalah dan bukannya untuk menyederhanakan sewenang-wenang
metamorfosis Muhamadiyah ke dalam tiga bentuk sejak ada juga bentuk lain yang
kelihatannya terus berkembang. Namun, analisis kasar aku membuat tidak
mempertimbangkan sebuah metamorfosis ini belum lagi diberikan nama didirikan.
Termasuk dalam hal ini adalah tarekat atau kolektif praktik Maha Memberkahi
lagi Maha Tinggi dan sufi yang telah bergabung dengan anggota tertentu atau
pengikut-pengikut MHD di berbagai wilayah. 3 tiga bentuk ini telah menyatakan
diri mereka melalui penggunaan MHD tubuh otonom, LSM, dan ekspresi individu
yang muncul di koran-koran, jurnal serta peristiwa biasa seperti Tanwir . Saya
telah menamai proses ini sebuah "metamorfosis" karena cara ini untuk
mengungkapkan gagasan-gagasan ini pergi jauh di luar karakter dari MHD.
Perubahan adalah salah satu hasil
Muhammadiyah dialog antara puritan radikal dan elemen-elemen liberal-modern
yang telah terjadi sejak Kongres Aceh pada tahun 1995. Tetapi potensi kedua-dua
elemen telah wujud dalam Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912. Ia telah
menjadi lebih jelas, walau demikian, karena jumlah yang sedang tumbuh
Muhammadiyah Tawarkan para ahli telah lulus dari Universitas Barat dan Timur
Tengah. Dari waktu ke waktu telah ada perubahan dalam elemen yang didominasi
MHD. Ini merupakan hasil dari gaya kepemimpinan tertentu. Faktor-faktor
eksternal terlalu juga memainkan peran penting yang membawa kepada perubahan
ini.
Perubahan pada dinamika internal Muhammadiyah
dalam kaitannya dengan metamorfosis ini mulai selama 43 hari Kongres di Aceh
pada tahun 1995 dengan transformasi Majelis Tarjih Muhammadiyah untuk menjadi
MTPPI (Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, atau Majelis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam). Ia juga pada kongres ini yang terpilih pertama
Muhammadiyah pemimpin pascasarjana Barat,
Amien Rais lima agenda-agenda utama:
(1) untuk mendorong para intelektual untuk melakukan kajian Muhammadiyah
dan penelitian pada Islam sebagai sebuah amalan tajdid dan sebagai antisipasi
dari pengembangan masyarakat; (2) untuk mengeluarkan fatwa pada kebijakan yang
kemudian harus mengimplementasikan kepemimpinan Muhammadiyah; (3) untuk
menemani dan mendukung kepemimpinan Muhammadiyah untuk memandu Muhammadiyah
anggota dalam melaksanakan ajaran Islam; (4) untuk mendukung kepemimpinan
Muhammadiyah dalam menyediakan dan meningkatkan kualitas ulama; dan (5) untuk
mengarahkan semua pertikaian urusan-urusan keagamaan untuk membuat mereka lebih
maslahat.
Transformasi berikut Majelis Tarjih untuk
menjadi MTPPI, perkembangan penting yang mempunyai dampak yang sangat
signifikan dalam grand keluarga Muhammadiyah berlangsung. Pada tahun 2000 MTPPI
meluncurkan satu dari publikasi pertama, Tafsir Tematik Alquran tentang Besar
Tamu jurusan Hubungan Sosial antar umat beragama 5 , yang, menurut Hilman
Latief, adalah satu-satunya tafsir yang telah diterbitkan oleh para ulama
Muhammadiyah. Terdapat juga beberapa publications oleh para ulama Muhammadiyah
yang membahas topik serupa toleransi beragama, pluralisme dan liberalisme.
Pada 9 Oktober 2003, Saran Intelektual JIMM (Jaringan
intelektual muda Muhammadiyah) didirikan. Para aktivis yang didukung dasar JIMM
ini berasal dari generasi ketiga Muhammadiyah tetapi mereka juga didukung oleh
anggota dari generasi kedua seperti Syafií Maárif, Moeslim Abdurrahman, Amien
Abdullah dan Abdul Munir Mulkhan. Mereka masing-masing memiliki beberapa jenis
koneksi dengan kedua literatur dan universitas negara-negara Barat termasuk
Amerika Serikat, Eropa dan Australia.
Sebagai hasil dari nama-nama yang sama, JIMM
mereka dituduh telah memiliki agenda yang sama seperti Jil, yang sebenarnya
dapat disangkal lagi, kasus tersebut. Para aktivis dari JIMM dengan bangga diri
mereka sebagai bagian dari JIMM, khususnya melalui artikel-artikel yang mereka
mengirim surat kabar nasional, seperti Kompas, media Indonesia, Jakarta Post dan
Republika 8 serta surat kabar lokal seperti Suara Merdeka dan Jawa Pos. Ini
merupakan tambahan untuk seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lain mereka
telah diatur. Tindakan yang mewakili diri mereka sebagai aktivis JIMM adalah
sejalan dengan metode yang biasa dari Muhammadiyah Tawarkan yang melibatkan
banyak promosi diri sendiri. Ini adalah salah satu strategi dakwah atau
muhammadiyahisasi di Indonesia. Dengan itu, terdapat sebuah masjid
Muhammadiyah, Sekolah Tinggi Muhammadiyah dan seterusnya.
Selain dari JIMM, elemen liberal Muhammadiyah
juga didukung oleh beberapa organisasi non-pemerintah lain (LSM). Namun,
keterlibatan JIMM dalam wacana Islam liberal telah diliputi kegiatan LSM-LSM.
Dalam pertengahan 2003, sebelum pembentukan JIMM, Moeslim Abdurrahman diedit
Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural (Muhammadiyah sebagai tempat berlindung
Budaya), 10 buku yang mempunyai impak yang besar pada ketegangan antara para
pemimpin puritan radikal dan intelektual liberal. Ia menciptakan sebuah 'big
bang' dalam grand Muhammadiyah . buku ini keluarga terdiri dari artikel yang
ditulis oleh baru cendekiawan Muhammadiyah yang blak mengkritik pendekatan yang
didirikan Muhammadiyah dalam kegiatan dakwah mereka dan pemurnian. Sebagian
besar dari penulis masih sangat muda, tetapi ide-ide mereka adalah dalam hal
brilian kesadaran mengenai apa yang harus mereka lakukan dalam menghadapi
elemen-puritan radikal Muhammadiyah. Dalam memperkenalkan buku, Abdurrahman
Serikat "Apa yang harus menyesali oleh gerakan pentahiran (Muhammadiyah)
tidak hanya anak in' dari kejam (Indo. Ganas ) dan priori sejarah terhadap seni
dan budaya lokal, tetapi yang terburuk adalah bahwa Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdid telah menjadi jumud (Ar. stagnan), karena ia tidak dapat
kesadaran Islam yang reformasi lebih substansial dan bukan untuk memahami bahwa
dakwah tidak identik dengan iman proliferasi. Sebaliknya, dakwah adalah
sebenarnya setiap pekerjaan agama untuk peradaban dan kemanusiaan."
Sejalan dengan Abdurrahman, Abd Abd. Rahim Ghozali menyimpulkan:
"Dari Majelis Tarjih Muhammadiyah tidak
semestinya berambisi untuk Islamize setiap orang, dan tidak untuk mencegah
sesiapa dari meninggalkan ( murtad ) agama mereka, karena setiap manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih untuk beriman kepada Allah. Tidak dapat
mengklaim menjadi Muhammadiyah dalam penahan tunggal dari kebenaran absolut…
akibatnya, Muhammadiyah bukanlah (hanya) bentuk terbaik dakwah dalam
Islam."
Pada Bulan Oktober 2003, JIMM dan Ma'arif
Institute for budaya dan Kemanusiaan, diketuai oleh Moeslim Abdurrahman,
mengadakan workshop dengan tema "Membangun Visionary, membuka dan tradisi
intelektual penting". Maárif ditujukan lokakarya dengan mengatakan:
Lokakarya ini adalah yang paling bermakna dan
signifikan intel-lectual Leap ahead dalam pengembangan Muhammadiyah. Oleh
karena itu, orang-orang muda (Muhammadiyah) harus takut untuk melewati sebuah
cara alternatif dan tidak macet. Walaupun kegiatan ini adalah di luar arus
utama, harap merasa bebas untuk bergabung dalam karena sebelum akhir hari ia
akan mengambil bentuk dan berpikir."
Berbagai topik ini dipresentasikan di
lokakarya tersebut termasuk , Quránic Semiotik dan Teologi Liberal. Pada saat
lokakarya ini ada peningkatan jumlah kelompok-kelompok Islam radikal
terorganisir di Indonesia jadi satu dapat mengenali siapa target dari lokakarya
seperti ini adalah, namelly, radikal Islam puritan, termasuk Muhammadiyah.
JIMM dan NOGs lain aku telah disebutkan di sini tidak secara resmi telah
terdaftar sebagai tubuh otonom MHD. Penggunaan puritan radikal ini sebagai
alasan untuk mengecualikan mereka dari Muhammadiyah. Namun, kantor JIMM tengah
berada di kantor yang sama dari markas MHD, semua aktivis JIMM juga aktivis
tubuh otonom Muhammadiyah lain dan mereka telah menggunakan nama MHD dan mereka
sendiri memiliki aktivis mereka selalu dikaitkan dengan MHD. Ia adalah sebagai
respons untuk pengembangan JIMM bahwa elemen-puritan radikal menjadi lebih
jelas dalam Muhammadiyah. Satu elemen sering mengembangkan sebuah ideologi roh
argumentative untuk mengidentifikasi dirinya sendiri dalam kaitannya dengan
yang lain. Kenyataannya, ia telah sentiasa mainstream Muhammadiyah dan ini
adalah karena latar belakang sejarah yang telah dipelihara dalam platform
resmi.
Asal-usul elemen radikal dalam Muhammadiyah
menginformasikan kepada banyak organisasi yang ideologi. Ideologi' dari 'Amr ma'ruf nahy munkar adalah implemen
kooptasi dari sejumlah ayat (Q3:104; Q3:110; Q9:71) dan sebuah hadits Nabi
Muhammad: "Barangsiapa melihat salah, dan dapat betul dengan tangan-Nya, hendaklah
ia melakukannya; jika ia tidak dapat, kemudian dengan lidahnya; jika ia tidak
dapat, kemudian dengan hati-Nya, dan yang melahirkan minimal iman". Dalam
satu lagi Hadis ke-15 , Nabi telah dilaporkan untuk menyatakan "Aku
memperingatkan kamu mencipta hal yang baru (dalam agama), dan setiap perkara
dicipta baru adalah bid ' ah , dan setiap bid ' ah adalah misguidance, dan
setiap misguidance adalah dalam neraka Jahannam". Terakhir ini Hadis ke-12
yang selalu diceritakan oleh sebuah khatib (Pemberi) Muhammadiyah khotbah yang
implementasi langsung dari motto: selalu kembali ke Al Qur'an dan hadis.
Beginilah Muhammadiyah telah tugas untuk memurnikan ajaran Islam dari inovasi
apa pun atau korupsi. Hal ini juga serupa dengan ideologi Wahahabism yang dikaitkan
oleh banyak ahli dengan gerakan-gerakan modernis atau reformis.
Dasar-dasar Wahabisme berdasarkan pada
delapan belas abad-penginjil Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab. Dengan puri-tanical
semangat, 'Abd al-Wahhab berusaha untuk menjernihkan Islam dari inovasi dan
membawanya ke bentuk asli. Wahabisme disebarkan bahawa Qurán dan hadis Nabi
Muhammad merupakan satu-satunya sumber legitimasi dengan demikian gerakan ini
dipamerkan permusuhan ekstrim untuk produk-produk tradisional atau klasik dari
intelektualisme, mistikisme dan divisi sekolah ( madhahib ) dalam Islam. Dalam
Wahabisme meninggalkan mencoba menafsirkan Islam dari sudut pandang kontekstual
dan sejarah dan kemudian dianggap sebagian besar Islam sebagai korupsi sejarah
dari yang sebenarnya dan Islam asli. Wahabisme sangat tidak bertoleransi untuk
praktik Islam yang tahan lama dan dianggap sebagai pemikiran ortodoks, bermuka
dua, adopsi yang segera diterjemahkan menjadi mushrik. diri mereka untuk
menjadi benar proklamasi dan berwibawa Islam dan dengan itu mempunyai hak dan
tanggung jawab untuk memperbaiki perbuatan yang salah dari Muslim lain adalah
salah satu ciri khas karakter Wahabisme. Penciptaan daftar panjang dari mushrik
dan bid'ah kisah dari Muslim lain adalah yang kedua. Karena sejak kelahirannya,
Wahabisme belum menyebar di bawah spanduk sendiri, kenyataannya bahkan istilah
Wahabisme dianggap sebagai sikap meremehkan oleh para pengikutnya. Wahabisme
telah diubahkan melalui ideologi ini tetapi tidak melalui nama atau spanduk.
Pada abad ke-18, Ibn Saud keluarga yang
bergabung dengan gerakan Wahhabi dan orang-orang yang memberontak terhadap
Kekaisaran Ottoman di Saudi. Walaupun mereka telah dikalahkan oleh pasukan
Mesir dalam 639 ideologi mereka tetap dan terus menyebar hingga awal abad kedua
puluh apabila 'Abd al-'Aziz ibn Sa'u > d mengambil alih kuasa dan
menciptakan Arab Saudi. Sejarah Islam mencatatkan bahawa pemberontakan Wahhabi
sangat karena mereka sembarangan menyembelih berdarah dan meneror siapa tidak
bergabung dengan mereka. Ianya selama periode ini yang begitu banyak warisan
Islam tradisional telah dimusnahkan. Berkat panggilan dari gerakan-gerakan
Islam tradisionalis, seperti Nahdlatul Ulama dari Indonesia, beberapa dari
warisan yang telah disimpan.
Akidah diilhami Wahhabi akhir abad kesembilan
belas pembaharu, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani kalah berjasanya terhadap
perfilman dan Rashid Rida yang berkumpul di bawah bendera tajdid . Teologi
mereka dan metodologis yang sama untuk Wahabisme perspektif. Istilah Islam
reformis tidak berarti anti-intelektual. Namun demikian, kelompok ini telah
menolak Islam, termasuk produk-produk sejarah dari para ulama Islam klasik.
Salafism atau Islam reformis sangat sering digunakan kata menghinakan terhadap
lawan-lawan mereka, yang mungkin telah mengarah ke pengikut-pengikut mereka
yang agresif.
Sebagai hasil dari kebebasan yang lebih besar
yang didukung oleh sebuah paradigma demokrasi, Wahabisme dan akhir abad
kesembilan belas pembaharu terkenal mengilhami Muslim di berbagai belahan dunia
Islam untuk mengubah diri menjadi gerakan terorganisir. Ironisnya termasuk juga
fisik atau secara lisan kelompok kekerasan yang melahirkan kemiripan dengan
dasar ideologis bagi anti- bid'ah dan menyebarkan tajdid . Disertakan dalam
daftar bid'ah adalah tradisi budaya apa pun yang dirayakan di tempat yang sama
dan waktu sebagai ritual agama. Akibatnya, ada banyak tradisi lokal yang telah
hilang. Di Indonesia Tajdid ini telah dirayakan oleh ideologi Muhammadiyah
sejak dekade kedua abad kedua puluh.
Hingga satu dekade yang lalu tujuan
pembentukan sebuah tertib Islam dan akan kembali ke Qurán dan hadis
dilaksanakan secara konsisten tanpa kepedulian tradisionalis Muslim Indonesia
yang mengamalkan suatu campuran antara Islam dan sinkretisme. Sejak awal
1990-an, namun, para pemimpin nasional Muhammadiyah dan NU telah putus asa
pengikut-pengikut mereka dari membahas masalah ini karena banyak masalah yang
merupakan bagian dari khila > fiyah. 16 kampanye ini belum mencapai tingkat
akar rumput.
Ada pertumbuhan cepat dalam elemen liberal
yang ditunjukkan oleh kemampuan pemuja untuk mendominasi wacana
libera-lization, pertumbuhan jumlah publications dan aktiviti-aktiviti serta
keberanian pemuja untuk topik yang berhubungan dengan liberal alamat dalam
setiap acara yang diorganisir oleh MHD. Sebagai hasil dari sana ini muncul
reaksi keras dari orang-orang fanatik dari -elemen puritan radikal. Tantangan
yang harus dihadapi oleh puritan radikal telah didorong fenomena baru ini.
Elemen puritan radikal Muhammadiyah telah digunakan setiap upaya untuk membuat
konfrontasi. Namun, kedua kelompok liberal dan elemen-elemen radikal telah
digunakan seperti Suara MHD media, Tanwir MHD, jurnal dan surat kabar yang
dimiliki oleh Muslim 17 yang dalam satu arah atau hubungan telah lain dengan
Muhammadiyah Tawarkan.
Sejak Dasar Muhammadiyah pada tahun 1912,
para pemimpin telah sangat ingin domesticae perselisihan di antara para
pemimpin mereka. Kedua perselisihan agama dan politik telah dipelihara di
kalangan mereka. Dasar JIMM telah menciptakan sebuah tonggak bersejarah dalam
melanggar tabu dalam modernis ini Islam. Kebebasan berekspresi dan pendapat
tidak dapat disembunyikan lebih jauh lagi.
Situasi ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh propo-nents
Islam liberal di bagian-bagian lain dunia Muslim karena dalam banyak kasus
faktor keuangan tidak masalah, tetapi di Indonesia sudah masalah untuk
lawan-lawan mereka. Namun, ide-ide inti liberalisme menerima lebih banyak
perhatian dari masalah keuangan. Kedua-dua isu ini dapat ditemukan dalam
artikel yang telah muncul dalam Republika , Suara Merdeka jurnal , serta
selebaran yang dimiliki ke elemen radikal. Untuk elemen puritan radikal, fakta
bahwa LSM-LSM, termasuk JIL (Jaringan Islam Liberal Jaringan Islam Liberal;)
dan JIMM telah menerima dukungan keuangan dari negara-negara Barat, seperti
Ford Foundation dan Asia Foundation, adalah bagian dari sebuah neo-strategi
kolonial. Lembaga Pendanaan ini tidak menyerahkan keluar sebagai orang merdeka
hadiah. Agenda inti liberalisme, termasuk pluralisme dan toleransi adalah
dianggap sebagai yang bertujuan untuk mengganti nilai-nilai Islam sebagai
menentang untuk membebaskan umat Muslim.
Selama pertemuan tertutup PP MHD pada 4 Juli
2002, Mustafa Kamal, dari Forum Peduli Syariah Islam (Forum Peduli Syariáh)
menyampaikan keluhan berikut:
Jika toleransi dan isu-isu pluralisme akan
berarti mengakui bahwa ada "kebenaran" selain Islam, bahwa ada Child
Survival Healthy Start (keselamatan) selain Islam, yang ada dalam jemaat, Child
Survival Healthy Start yang ada keselataman dalam rumah ibadat, semua ini
mengundang kami untuk berbicara hingga PP Muhammadiyah. Kita menarik apa yang
telah terjadi. Sementara teologi Kristen adalah didirikan pada banyak ayat-ayat
Al Qur'an itu adalah trinitas yang korup sebagai apa Surah Maa-idah ayat 116,
An-Nisa ayat 171, Maa-idah ayat 72, Al-Taubah 30 diakui oleh orang Kristian.
Ia adalah sebuah penyelidikan menarik untuk
bertanya bagaimana elemen-elemen puritan Muhammadiyah dapat berubah menjadi
kekerasan atau ke dalam kelompok-kelompok radikal yang hampir tidak boleh
dikaitkan dengan Islam moderat. Ada dua cara: satu adalah melalui
tindakan-tindakan individu dan yang lainnya melalui kelompok-kelompok yang sama
sekali baru yang memiliki dasar yang sama dan ideologi. Para pengikut atau para
pemimpin MHD yang tidak puas dengan kebijakan MHD tertentu telah berpecah
kepada baik individu aktor-aktor radikal atau Grup dengan nama yang sama sekali
berbeda. Sebelum kedatangan era reformasi yang ada ada dua berpengaruh dalam
sejarah Indonesia dalam hubungannya dengan argumen-Ku, Kahar Muzakkar dan Ir.
H.M. Sanusi.
Kahar Muzakkar dididik di MHD sekolah di
Sulawesi Selatan dan Solo, Jawa Tengah. Ia adalah anggota aktif dari MHD Hizbul
Wathan kadang sebelum dia terlibat dalam Darul Islam (DI) pemberontakan di
tahun 1952. Menurut Martin van Bruinessen, anggota lain dari Darul Islam juga
mempunyai latar belakang modernis. 19 Sanusi adalah salah satu Wakil Ketua dari
MHD pada tahun 1984, Menteri Perindustrian dalam pemerintahan Orde Baru
(1966-1968), dan salah seorang pendiri HMI (Asosiasi Mahasiswa Islam). Ia
terlibat dalam menyediakan dana untuk BCA pada tahun 1984 dan bom dikirim ke
penjara selama 20 tahun bersama-sama dengan beberapa anggota lain dari Petisi
50. 20 Sementara tidak satu pun dari apa yang mereka lakukan adalah dalam nama
Muhammadiyah dan para pemimpin Muhammaidyah cenderung untuk memutus koneksi
mereka, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa latar belakang mereka adalah
sebagai pemimpin Muhammadiyah.
Di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan di
mana saya yang dilakukan beberapa penelitian, salah satu dapat menemukan
sejumlah pemimpin Muhammadiyah yang bergabung dengan organisasi yang memiliki
platform yang berbeda dari Muhammadiyah, Hizbut Tahrir seperti di Kalimantan
Selatan dan KPPSI di Sulawesi Selatan. Hizbut Tahrir (HT) didirikan pada tahun
1953 oleh Taqiy al-Din al-Nabhani di Palestina dan dibawa ke Indonesia oleh
'Abd al-Rahman al-Baghdadi, seorang aktivis Muslim dari Australia. Di Indonesia
HT masih di bawah tanah sampai kejatuhan pemerintah Soeharto. Kebebasan untuk
mendirikan asosiasi apa pun dan pendapat express sebagai hasil dari reformasi
telah menjadikannya mungkin untuk HT untuk menjadi membuka organisasi. Hibut
Tahrir adalah sebuah partai politik, tetapi ia tidak ikut serta dalam dua
pemilihan umum di Indonesia. Tujuan HT bersifat terbuka; untuk membangun
kembali sistem khilafah dengan hukum Islam sebagai 1945.
KPPSI didirikan sebagai hasil dari Kongres
Muslim (2000) yang diselenggarakan oleh para ulama Muslim Makassar. Kekuatan pendorong
di balik kongres adalah bagian dari perayaan Reformasi. Disertakan dalam bapa
pengasas-KPPSI Abdul Aziz Kahhar Muzakkar (anak Kahhar Muzakkar, pelopor atas
DI/TII), KH. Djamaluddin Amien (Ketua Muhammadiyah, Sulawesi Selatan),
Alwi-yuddin, Kepala Divisi Dakwah Muhammadiyah, KH. Sanusi Baco (Ketua NU
Sulawesi Selatan), Tamsil Linrung (HMI dan PAN) AM Fatwa (PAN) dan beberapa
tokoh penting lainnya dari Sulawesi Selatan. KPPSI tujuan yang jelas yang
menerapkan Syariáh Islam di bawah otonomi khusus dari Sulawesi Selatan.
KPPSI memiliki disebut Laskar Jundullah
divisi (Tentera Tuhan) yang telah dikepalai oleh Agus Dwikarna yang sekali
tertangkap dalam Manilla dan dituduh membawa bahan peledak. KPPSI secara resmi
menyatakan bahwa mereka akan tetap berada di bawah NKRI (Amerika Serikat dari
Republik Indonesia) dan mereka tidak akan menggunakan kekerasan dan mereka
mengakui keberadaan DPR (Orang Majelis Perwakilan). Survei-Ku dari berbagai
media lokal telah menunjukkan bahwa Laskar Jundullah telah terlibat dalam
beberapa tindakan-tindakan kekerasan, atau sekurang-kurangnya menggunakan
retorika yang dapat mendorong kekerasan.
Setelah provinsi Aceh telah diisytiharkan di
bawah hukum Islam oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2001, KPPSI dikirim
delegasi untuk memenuhi Akbar Tanjung, Juru Bicara DPR/MPR untuk permintaan
status yang sama untuk Sulawesi Selatan. Tidak ada tindak lanjut apa pun. Pada
Bulan Maret 2005, KPPSI dilakukan Kongres Muslim yang ketiga dalam Bulukumba
Sulawesi Selatan. Kongres ini dibuka secara resmi oleh Hidayat Nur Wahid, Ketua
MPR, yang dulunya Presiden PKS. Sejak saat itu, KPPSI tidak menunjukkan apa-apa
perkembangan yang signifikan. Ketenangan dan ketenteraman ini mungkin
disebabkan oleh fakta bahwa Jusuf Kalla, yang merupakan anggota Dewan Penasihat
KPPSI, yang sekarang Wakil Presiden negara. Ada masalah politik dari Sulawesi
Selatan yang akan memiliki dampak nasional yang berpotensi dapat membahayakan
Kalla posisi politik. Kalla sebagai calon Wakil Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menguat lebih dari 73% suara di Sulawesi Selatan.
Dalam sebuah wawancara, Djamaluddin Amien,
Ketua Muhammadiyah Sulawesi Selatan, menjelaskan bahwa keputusan para pemimpin
Muhammadiyah yang bergabung KPPSI sepenuhnya pilihan individu mereka sendiri
dan tidak ada hubungannya dengan Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi.
Nasaruddin Razak, ketua Muhammadiyah sebelum Amien periode dengan posisi Amien
setuju. Alwiyuddin berpikir bahwa satu-satunya cara untuk menerapkan hukum
Islam adalah melalui KPPSI, karena Muhammadiyah tidak memiliki kapasitas untuk
melakukannya. Sangat sulit untuk memprediksi apakah KPPSI akan berhasil dalam
agenda mereka untuk menerapkan hukum Islam di Sulawesi Selatan, tetapi apa yang
jelas adalah bahwa sebagian besar para pemimpin dari dukungan Muhammadiyah
komite ini secara individu.
Hasil dari beberapa wawancara dengan para
pemimpin Muhammadiyah di Makassar adalah bahwa hanya ada satu kesimpulan
penting kita dapat membuat bahwa alasan utama di balik para pemimpin
Muhammadiyah bergabung KPPSI adalah kegagalan Konstitusi Indonesia dalam
membawa untuk mengakhiri moralitas buruk di Indonesia. Menurut hukum yang ada
pemerintah Indonesia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan masalah sosial dan
agama. Aparat pemerintah, termasuk hakim, polisi, tentara dan lain-lain tidak
memiliki roh yang kuat untuk mendorong baik perbuatan moral keagamaan dan untuk
melarang tindakan-tindakan dinilai buruk menurut Islam. KPPSI dipercaya untuk
dapat melakukan tugas ini amr ma'ru > f nahy munkar.
Para pemimpin Muhammadiyah lokal di Sulawesi
Selatan tidak dihadapkan oleh atau liberal elemen progresif; walau demikian,
ini adalah nyata pada tingkat nasional. Benturan antara kelompok liberal dan
elemen-elemen puritan radikal telah mengambil bentuk tertentu. Pada headquar
nasional-ters Muhammadiyah rumor menyebar yang ada berbagai pemikiran pada
lantai ketiga dan keempat bangunan, mazhab lantai kapal dan mazhab lantai tiga.
21 Pada lantai empat di kantor-kantor IRM IMM, dan Pemuda Muhammadiyah.
Orang-orang yang aktivis resmi ini tubuh otonom Muhammadiyah di kemudian lebih
dikenal sebagai aktivis JIMM dan PSAP. Sementara pada lantai ketiga adalah
kantor MTDK ( Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus , atau Dewan Tabligh dan Dakwah ) yang khusus para
aktivis-puritan radikal. Sidang Tabli > gh melihat bahwa kelompok-kelompok
liberal tidak hanya menyimpang Dari ideologi tajdi Muhammadiyah namun
mempertimbangkan bahwa JIMM juga telah menyimpang dari Islam. Ianya sejak
penerbitan Tarjih Journal , benturan antara dua elemen telah institutionally
dan secara akademik didirikan. Dalam sebuah Tabligh, 8 Juni 2005, Fakhrurrazi
Reno Iskandar Sutan jumlah yang ditujukan keprihatinan bahwa tantangan yang
dihadapi Muhammadiyah. Keprihatinan yang paling berbahaya menurut Sutan adalah
keberadaan elemen-elemen liberal dalam Muhammadiyah. Dia menyimpulkan bahawa
Sidang Tabligh telah untuk berada di bagian terdepan untuk melindungi
Muhammadiyah dari bahaya seperti itu.
Untuk sebagian besar para pemimpin regional
Muhammadiyah di tiga provinsi di mana saya melakukan kerja lapangan-Ku
pembentukan LSM liberal oleh para cendekiawan muda Muhammadiyah, seperti JIMM,
adalah ancaman nyata untuk Muhammadiyah. Adijani al-Alabij, wakil ketua
Muhammadiyah, Makasar, misalnya, berpendapat bahwa reformasi gagasan bahwa
Muhammadiyah mengambil dari Muhammad Abduh, Rashid Rida dan Al-Afghani kalah
berjasanya terhadap perfilman tidak ada hubungannya dengan liberalisme.
Reformasi yang telah berkampanye untuk Muhammadiyah sejauh ini adalah untuk
kembali ke Qurán dan hadis Nabi Muhammad. JIMM tidak berbeda dari JIL dalam
ertikata bahawa kedua-dua penyebaran virus liberal yang membahayakan Islam,
advocate teologi Kristian, penjajah atau agen Barat dan adalah hamba kepada
ide-ide What Went. Untuk mereka telah sedikitnya tiga pluralisme ancaman: (1)
ia akan membuat sebuah generasi Muslim lemah dalam hal bagaimana mereka tahan
untuk ketat ajaran Islam, (2) ia akan membuat sebuah genus-Muslim yang sekuritas
ceroboh tentang apakah cara hidup mereka adalah sesuai dengan Islam atau tidak,
dan paling serius (3) yang kedua bahaya akan berarti bahwa perjuangan untuk
menerapkan hukum Islam akan gagal.
Apa yang saya menemukan menarik adalah para
pemimpin ini yang express resistance kuat seperti ide-ide liberal secara umum
untuk menggunakan media untuk mempromosikan dan menjelaskan posisi mereka.
Singkatnya, kedua-dua-puritan radikal dan elemen liberal telah menggunakan apa
teoritikus demokratis menyarankan merupakan prasyarat bagi demokrasi. 22 Namun,
apabila ia datang ke demokrasi prosedural di mana ada kemungkinan untuk
sebagian besar untuk memerintah, ada sangat ancaman nyata untuk orang-orang yang
mempromosikan ide-ide liberal. Ini adalah apa yang terjadi selama kongres
nasional yang terjadi di Malang 2005,- elemen puritan radikal sementara
memenangkan posisi struktural melalui elemen liberal.
Elemen ketiga adalah elemen politik-pragmatis . partai politik PAN
dimulai, didirikan dan mula-mula diketuai oleh Amien Rais, ketua Muhammadiyah
PP 1995-2000. Menurut pan adalah sebuah platform mereka dan membuka partai
politik sekuler. Praktis dan secara pragmatis bisa, kedua pemimpin dan
pengikut-pengikut Muhammadiyah telah diserap oleh PAN pada tingkat nasional dan
lokal. Oleh karena itu, politik oleh anak-anak muda yang ambisius Muhammadiyah
telah mengaktifkan pan ke sebuah alternatif untuk PPP yang digunakan untuk
channel baru lahir politisi dari Muhammadiyah sebelum era reformasi.
Komitmen dari PAN untuk menjadi partai
politik sekuler telah ditunjukkan melalui pengangkatan stafnya yang tidak hanya
dari Muhammadiyah atau adalah Muslim, tetapi juga yang non-Muslim. Pembawa
office ini kemudiannya diberikan kesempatan untuk terdaftar pada daftar calon
pileg untuk tahun 1999 dan 2004 pemilihan umum. Meningkatnya jumlah para
politikus muda dari Muhammadiyah di satu sisi dan perekrutan dari luar
Muhammadiyah pada dibuat PAN mustahil untuk lain menyediakan ruang yang cukup
untuk anak-anak Indonesia dari Muhammadiyah untuk bergabung dengan partai ini.
Setelah menyadari bahwa PAN tidak akan
memberikan ruang yang memadai untuk kader Muhammadiyah, Amien Rais telah
berupaya untuk menunjukkan bahwa PAN tidak memiliki hubungan formal dengan
Muhammadiyah selain dari fakta sejarah yang didirikan oleh-Nya. Banyak kader
Muhammadiyah di tingkat lokal telah putus asa Muhammadiyah, untuk memilih
pengikut PAN. Kampanye mereka slogan adalah, "Amien Rais Ya, PAN Tidak Ada".
Kader lokal telah secara pragmatis bisa aktif dan telah berhasil. Di Jawa,
namun, kategori yang sama dari kader Muhammadiyah mengambil pendekatan yang
lebih strategis oleh menyerukan sebuah tindakan yang lebih baik yang adalah
untuk menetapkan sebuah partai politik baru untuk Muhammadiyah.
Wacana pembentukan sebuah partai politik
Muhammadiyah mula-mula ditujukan selama Tanwir diselenggarakan di Desember
Mataram 2004 selama yang ia memutuskan bahwa anak-anak muda Muhammadiyah dapat
mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendirikan sebuah partai politik. Pada
bulan Desember 2004, sebuah tim yang terdiri dari 12 anggota, termasuk Abdul
Mu'thi (Ketua Pemuda Muhammadiyah), Ahmad Rofiq (Ketua Sudar IMM), Siandes
(Ketua IRM) dan Ketua Nasyiatul Aisyiyah bertemu di Markas Nasional
Muhammadiyah dan setuju untuk menemukan PAM (Asosiasi Mandat Muhammadiyah).
Pada Bulan Maret 2005, dasar PAM secara resmi mengumumkan di tempat yang sama.
Untuk periode sementara, aspirasi politik dari para politikus muda tertentu
Muhammadiyah telah diakomodasi.
Ada beberapa penjelasan lain untuk
pembentukan PAM. Ianya sangat jelas bahwa berdasarkan sejarah Muhammadiyah
telah resis penting untuk setiap ideologi-selain Islam. Fakta bahwa PAN adalah
sebuah partai politik terbuka dengan platform sekuler, dari yang para politikus
non-Muslim juga direkrut, telah menciptakan dilema untuk Muham-madiyah. Jadi
bagi elemen puritan Muhammadiyah, hujah yang menggerakkan belum memberikan
cukup ruang untuk Muhamma-para politikus Diat (denda menyembunyikan masalah
teologi dalam wacana ini. Bagaimana dapat kumpulan puritan radikal dari
dukungan Muhammadiyah para politikus yang tidak Muslim? Dalam dua diskusi
kelompok terpisah di Kantor Pusat Provinsi Muhammadiyah di Banjarmasin dan
Makassar, semua pemimpin Muhammadiyah yang hadir dalam wawancara grup sepakat
bahwa terdapat sebuah pertanyaan yang sangat serius untuk diminta pada peran
Muhamma-Diat (denda para politisi di PAN. Mereka mempertanyakan mengapa para
politikus Muhammadiyah begitu lemah kapanpun mereka menemukan perbuatan salah
di daerah yang dihormati. Walaupun, mereka setuju bahwa terdapat elemen-elemen
lain dalam pan, tetapi mereka tidak dapat memastikan apa elemen-elemen ini.
Penjelasan lain dapat berhubungan dengan
upaya upaya PKS (kesejahteraan dan Partai Keadilan) untuk menarik para
politikus muda dari Muhammadiyah. Agenda-agenda PKS tidak sangat berbeda dari
apa yang banyak pemimpin Muhammadiyah telah berjuang untuk yang merupakan
bagian dari "mendorong baik dan melarang salah". Namun, penampilan
eksklusif 24 dari para aktivis PKS nampaknya menantang penampilan inklusif
intelektual muda Muhammadiyah. PKS, sebelumnya PK (Partai Keadilan, mula-mula
didirikan oleh mahasiswa Muslim dari kampus-kampus universitas sekuler, disebut
Gerakan Tarbiyah, yang mencoba untuk mengabaikan divisi Muslim berdasarkan
sekolah hukum. Di antara berbagai tokoh pendiri telah Abu Ridho dan Rahmat
Abdullah, kedua-duanya adalah lulusan al-Azhar University, di Kairo.
Diilhami oleh Sayyid Qtub ide, kelompok ini (disebut usroh yang kemudiannya
dikenali sebagai halaqah ) dibahas beberapa buku yang ditulis oleh Qtub di
bawah murabbi atau instruktur. Di bawah rezim penindas Soeharto,
kelompok-kelompok ini memelihara kegiatan mereka atau rahasia sedikitnya tidak
jadi agresif dalam penampilan mereka. Era Reformasi telah tidak hanya
memberikan cara untuk mereka yang akan terbuka untuk umum, tetapi juga menjadi
sebuah partai politik. Karena banyak dari para pemimpin nasional PKS berasal
dari latar belakang Muhammadiyah, para politikus muda tertentu Muhammadiyah
juga didorong untuk bergabung. Banyak, bagaimanapun, nampaknya enggan karena
penampilan eksklusif dari para politikus PKS.
Kongres Malang 2005 dan kemenangan Radikal-Puritan
Faktor-faktor utama yang membuat Kongres
Malang Muhammadiyah 2005 secara signifikan penting dalam Islam Indonesia dan
politik termasuk kemenangan Dhien Syamsuddin, penghancuran "liberal"
dan domesticating sayap-sayap politiknya, PAM. Salah satu pertanyaan menarik
adalah: skenario macam apa yang sedang berlangsung, yang membolehkan keadaan
untuk menghasilkan kenyataan ini? Ini membawa kepada dua pertanyaan lebih
lanjut: elemen yang Muhammadiyah memainkan peran penting dan mengapa elemen ini
menang? Penjelasan untuk pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita memahami
lebih jauh tentang perspektif Muhammaidyah di masa depan Indonesia.
Salah satu cara untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini adalah melalui memeriksa figur sentral yang telah
terpilih untuk kursi kepemimpinan nasional Muhammadiyah bakti 2005-2010 dan
yang dapat memilih untuk dia. Secara prosedural, pergantian dalam kepemimpinan
Muhammadiyah sangat demokratis dalam pengertian bahwa setiap pemimpin yang
memenuhi prasyarat administratif yang berhak untuk menjalankan dalam pemilihan.
Pada langkah pertama setiap pemimpin yang ingin menjalankan dalam pemilihan
telah untuk menyelesaikan sebuah bentuk yang disebut CPCPM ( Catatan Pokok
Calon Pemimpin Muhammadiyah atau catatan utama pencalonan kepemimpinan
Muhammadiyah) di mana kandidat untuk menyediakan informasi yang ia perlu
mendukung nominasi-Nya.
Meskipun kenyataan bahwa orang-orang yang
diurutkan dan tercantum nama-nama calon fasilitator daerah dari Tanwir di mana
hanya jumlah terbatas para pemimpin lokal dihadiri, ia adalah perwakilan lokal
yang memainkan peran terbesar dalam menentukan siapa yang harus dipilih.
Mayoritas penduduk lokal represen-tatives Dhien Syamsuddin di tengah-tengah
terpilih 204 kandidat yang memenuhi kriteria untuk memimpin Muhammadiyah untuk
bakti 2005-2010. Menurut Asnawi Mukti, "untuk melindungi Muhammadiyah dari
bahaya liberalisme, seperti JIL dan JIMM, hanya sebuah gambar seperti
Syamsuddin adalah cocok untuk memimpin Muhammadiyah." Mukti dilihat
pemimpin seperti Abdul Munir Mulkhan dan Amien Abdullah sebagai liberal dalam
ertikata bertentangan dengan ideologi Muhahmmadiyah bid'ah dan mengelak dari .
"Bagaimana dapat dibawa oleh orang-orang Muhammadiyah yang mengakui bahwa
semua agama adalah sama?", ia bertanya. 25 nada meminta maaf Syamsuddin sebenarnya tidak gambar baru dalam
wahana politik Islam Indonesia. Ia tumbuh dalam sebuah keluarga dikhususkan
dari latar belakang NU tetapi melonjak ke lingkaran Muhammadiyah dan menjadi
ketua IMM sementara (Asosiasi Mahasiswa Muhammadiyah) pada tahun 1985. Ini
adalah berpolitik yang pertama ia terus terlibat dalam hingga posisi yang
terbaru. Setelah menyelesaikan gelar PhD di UCLA dia menjadi ketua departemen
riset dan pengembangan Golkar. Ia terpilih sebagai salah satu dari ketua
Muhammadiyah untuk periode 2000-2005 selama Kongres Nasional Muhamma-Diat
(denda pada tahun 2000.
Apa yang membuat Syamsuddin berbeda dari
kedua perspektif pribadinya dan sebagai ketua Muhammadiyah adalah bahwa setelah
ia diangkat sebagai Sekretaris Jenderal semi-Sidang pemerintah Cendekiawan
Islam Indonesia (MUI) beberapa fatwa kontroversial > s (maklumat keagamaan)
dikeluarkan sementara ia melayani posisi ini. Ini adalah dua kali lipat dengan
keterampilan-nya sebagai kunci juru bicara MUI. Dengan melakukan hal ini dia di
bawah dihantui Ketua MUI, GAPURA Sahal Mahfud. Di bawah pengesahan Presiden
interim B.J . Habibie, Syamsuddin telah dilantik untuk posisi Sekretaris
Jenderal MUI selama Kongres Nasional Ke-6 pada tahun 2000. Robert Hefner
disertakan Syamsuddin sebagai salah satu dari tiga paling bertanggung jawab
untuk outreach Suharto ke negara-negara Muslim garis keras. 26 Selama konflik
Maluku Muslim-Kristen pada 2000-2002, Syamsuddin memberikan dukungan moral
secara eksplisit paramilitaries Islamis berjuang Kristen untuk di kepulauan Maluku.
Ia juga menyatakan jihad (perjuangan suci) terhadap kita ketika George W. Bush
menyerang Afghanistan setelah 11 September, 2002. 27
Selama periode Syamsuddin bertindak sebagai
Sekretaris Jenderal MUI, MUI menjadi objek kecaman-kecaman terhadap para
penyokong nilai-nilai demokrasi, seperti pluralisme dan kebebasan beragama. Ada
11 MUI fatwa mengumumkan dalam Kongres Nasional di bulan Juli 2005 yang
kontroversial extraordinarly karena mereka memberikan tanda bahwa semi-sidang
pemerintah ulama telah terkooptasi oleh sayap radikal Islam Indonesia. 28 11
fatwa MUI terkejut tidak hanya dari orang-orang yang dari para pendukung
demokrasi, tetapi juga orang-orang yang dianggap sebagai moderat. Yang paling
kontroversial di kalangan sebelas fatwa tidak: (1) MUI maklumat bahwa
pluralisme, sekularisme dan liberalisme tidak diizinkan dalam Islam; (2) 29
Ahmadiyah adalah h } araa > m; (3) doa bersama dengan non-Muslim adalah h }
araa > m karena adalah bid'ah . 30 dalam satu kesempatan Syamsuddin
menyampaikan pandangan pribadi pada SKB Ahmadiyah mengatakan bahwa karena tidak
Ahmadiyah percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, mazhab ini Islam
telah menyimpang dari arus utama dari Islam. Skb Ahmadiyah dan JIL telah
menjadi target kekerasan Islam radikal di beberapa kali sejak.
Kesimpulan
Kemunculan tiga elemen dari Muhammadiyah itu
adalah hasil benih-benih nilai-nilai demokrasi. Dengan menggunakan demokrasi
prosedural di Kongres Nasional pada bulan Juli 2005, dan progresif liberal
elemen-elemen pragmatis politik telah dikecualikan dari panggung, setidaknya
untuk sementara waktu. Kemungkinan proses ini menjauhkan orang-orang yang
mempromosikan nilai-nilai demokrasi normatif melalui demokrasi prosedural
sangat terbuka. Ianya tidak mustahil sayangnya dalam karena semua spasi telah
terpasang erat ditutup untuk kemajuan seperti itu. Dengan kata lain, Islam
reformis seperti Muhammadiyah dapat mengambil dan menggunakan demokrasi
prosedural namun ada sebuah dilema yang nyata ketika ia kena kepada nilai-nilai
demokrasi normatif, terutama ketika bergelut ideologi mereka. Ada sebuah dilema
yang nyata, baik dalam Islam dan demokrasi.
Meskipun kenyataan bahwa sejak pertengahan
1995, telah ada beberapa pengembangan Muhammadiyah terhadap nilai-nilai
demokrasi, dua kondisi menjadi hambatan, mula-mula sekali selalu, gaya
kepemimpinan individu yang sangat tergantung pada sebagian besar yang memiliki
hak untuk memilih selama Kongres Nasional dan kedua, ideologi puritan yang
merupakan kekuatan utama memelihara organisasi ini wujud. Oleh karena itu,
Muhammadiayh institutionally modern, idealnya, tetapi secara ideologis reformis
puritan radikal dan mempunyai potensi untuk bersikap agresif dan kekerasan
dalam bentuk apa pun. Sejak Muhammadiyah adalah salah satu dari
organisasi-organisasi Islam terbesar di dunia dalam hampir setiap dimension,
dan mempunyai potensi untuk memimpin ini pengikut di arah yang mungkin
melibatkan kekerasan, untuk memelihara memperbarui dan mengevaluasi pengetahuan
kita tentang ia adalah sangat bermakna.
REFERENSI
Abdullah, Amin. Dinamika Islam Kultral:
Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer. Bandung: Mizan, 2000.
Abdurrahman, Moeslim. Muhammadiyah sebagai
Tenda Kultural . Jakarta: Ideo Tekan dan Maarif Institute Budaya dan
Kemanusiaan, 2003.
Al-Badry, Hamka Haq. Koreksi Terhadap Total SKB
Ahmadiyah. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, tahun 1981.
Dijk, C. van. Pemberontakan di bawah bendera
Islam: Darul Islam di Indonesia . Den Haag: M. Njihoff, tahun 1981.
Fachruddin, Fuad. Mendidik bagi Demokrasi:
Ide-ide dan praktik-praktik Asosiasi Masyarakat Madani Islam di Indonesia .
Tesis PhD. Universitas Pittsburgh, 2005.
Gonggong, Anhar. Abdul Kahar Muzakkar:
Patriot Kami harus menyebut Hingga maupun diseminasi ke . Yogyakarta: Ombak,
2004.
Hefner, Robert, W. Globalisasi, tata
pemerintahan dan krisis Islam Indonesia . yang disampaikan pada konferensi
tentang Globalisasi, Kapasitas Negara, dan penentuan Diri Muslim, Center for
Global, International, dan Kajian Regional. Universitas California-Santa Cruz,
Maret 7-9, 2002.
Latief, Hilman. "Post-Puritanisme Studi
Pergulatan Wacana Keagamaan Muhammadiyah asuhnya" ke Muda Muhammadiyah
1995-2002",
Tanwir: Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban
, Vol. 1, No. 2, Jakarta: PSAP Muhammadiyah, Juli 2003.
Lavan, Spencer. Dalam Gerakan Ahmadiyah: masa
lalu dan masa kini . Amritsar: Department Sejarah, Guru Nanak Dev University,
tahun 1976.
Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam. Tematik Tafsir Al Alquran tentang Besar Tamu jurusan Hubungan Sosial
Antar Umat Beragama . Yogyakarta: Pustaka SM, 2000.
Merencanakan pembangunan, Misuo. Bulan Sabit
Timbul Atas Pohon beringin . Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Tekan, 1983.
Saifullah. Gerak Politik Muhammadiyah dalam
Masyumi . Jakarta, 1997. Grafiti:
Stace realitas, Apa nilai-nilai kita?:
Nilai-nilai secara umum, nilai-nilai demokrasi dan Mengapa Kita Gagal?.
Lincoln: Universitas Nebraska, 1950.
Van Bruinessen, Martin. "Tariqa
Khalwatiyya dalam Jurnal Celebes Selatan", dalam Harry A. Poeze en Schoorl
Pim (eds.). Excursies dalam Celebes. Juga apa bundel bijdragen afscheid bij het
van J. Noorduyn . Leiden: KITLV Uitgeverij, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar