Jumat, 29 Mei 2015

Manajemen dana bank By Sani



BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi, mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibandingkan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Setelah perencanaan sudah dibuat, kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Agar hal demikian dapat sesuai dengan apa yang direncanakan maka harus adanya suatu pengendalian/pengawasan. Pengendalian/pengawasan adalah tahap dimana rencana keuangan diimplementasikan, yaitu menyangkut umpan balik dan proses penyesuaian yang diperlukan untuk menjamin bahwa rencana terlaksana atau untuk mengubah rencana yang ada sebagai tanggapan terhadap berbagai perubahan dalam lingkungan operasi.
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen tertentu yaitu proses perencanaan dan proses pengendalian/pengawasan yang berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan dan pengendalian/pengawasan serta menyajikan sejumlah pendekatan untuk mengefektifkan perencanaan dan pengendalian/pengawasan dari berbagai jenis.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara garis besar diartikan sebagai proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkann rencana aktivitas kerja organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa(what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).[1]
Menurut Bintoro Tjokroaminoto perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian Prajudi Atmosudirjo juga berpendapat bahwa  perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya.[2]
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan dan dalam perencanaan itu mengandung beberapa unsur, diantaranya sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, adanya proses, hasil yang ingin dicapai, dan menyangkut masa depan dalam waktu tertentu. Pelaksanaan dan pengawasan termasuk pemantauan, penilaian, dan pelaporan merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan.Dalam perencanaan diperlukan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.
a.      Proses Perencanaan
Sebelum para manajer dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan, terlebih dahulu mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi. Pada tahap perencanaan para manajer menentukan apa yang akan dikerjakan, kapan akan mengerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan siapa yang akan mengerjakannya.
Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan manajemen dan semakin mengingkat pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi, dimana perencanaan itu mempunyai kemungkinan dampak yang paling besar pada keberhasilan organisasi. Pada tingkatan top manajer pada umumnya mencurahkan hampir semua waktu perencanannya jauh ke masa depan dan pada strategi-strategi dari seluruh organisasi. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah merencanakan terutama  untuk jangka waktu yang lebih pendek.
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahapan berikut:[3]
1.   Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2.   Merumuskan keadaan saat ini.
3.   Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4.   Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

b.      Alasan-alasan Perlunya Perencanaan
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program yang dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di waktu yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih baik. Oleh karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan :
1.      Untuk mencapai “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan.
2.      Untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa manfaat perencanaan adalah :[4]
1.      Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan lingkungan.
2.      Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
3.      Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat.
4.      Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi.
5.      Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi.
6.      Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
7.      Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
8.      Menghemat waktu, usaha, dan dana.
Kelemahan perencanaan adalah :[5]
1.      Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata.
2.      Perencanaan cenderung menunda kegiatan.
3.      Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi.
4.      Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi.
5.      Ada beberapa rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.

c.       Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi-fungsi Manajemen Lainnya.        
            dalam banyak hal, perencanaan adalah fungsi yang paling dasar dan “meresap” ke seluruh manajemen lainnya. Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan serta kegiatan-kegiatan manajerial lainnya adalah saling berhubungan, dan saling tergantung.
a.       Hubungan Perencanaan Dengan Penggorganisasian.
Pengorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber daya- sumber daya keuangan, dan manusia dalam organisasi. Perencanaan menunjukan cara dan perkiraan bagaimana menggunakan sumber daya-sumber daya tersebut untuk mencapai efktifitas paling tinggi. Sebagai contoh, penyusunan personalia organisasi tidak akan dapat tersusun secara efektif tanpa perencanaan personalia.[6]
b.      Hubungan Perencanaan Dengan Pengarahan.
Pengarahan adalah perencanaan untuk menentukan kombinasi paling baik dari sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan.[7]
c.       Hubungan Perencanaan Dengan Pengawasan.
Pengawasan adalah perencanaan dan pengawasan yang saling berhubungan erat.Pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana.[8]

d.      Hambatan-Hambatan Perencanaan 
1)      Tujuan yang Tidak Tepat
Tujuan yang tidak tepat mempunyai banyak bentuk.Membayar deviden yang besar kepada pemegang saham mungkin tidak jika dananya didapatkan dengan mengorbankan penelitian dan pengembangan tujuan mungkin juga tidak tepat jika tujuan tersebut tidak dapat dicapai. Jika Kmart menetapkan tujuan untuk memperoleh lebih bayak pendapatan dibanding Wal-Mart tahun depan, karyawan perusahaan mungkin. Tujuan juga tidak tepat jika tujuan itu menepatkan terlalu banyak penekanan pada ukuran kuantitatif maupun kalitatif dari keberhasilan.[9]
2)      Lingkungan yang Dinamis dan kompleks
Sifat dari suatu lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif.Perubahan yang cepat, inovasi teknologi, dan persaingan yang ketat juga dapat meningkatkan kesulitan bagi suatu organisasi untuk secara akurat mengukur kesempatan dan ancaman di masa mendatang.[10]
3)      Keengganan untuk Menetapkan Tujuan
Hambatan lain terhadap perencanaan yang efektif adalah tujuan bagi mereka sendiri dan untuk unit-unit yang merupakan tanggung jawab mereka. Alasan untuk ini mungkin adalah kurangnya rasa percaya diri atau takut akan kegagalan. Jika seorang manajer menetapkan suatu tujuan spesifik, ringkas, dan berhubungan dengan waktu, maka apakah ia mencapai atau tidak mencapai tujuan tersebut akan tampak nyata. Manajer yang secara sadar atau tidak sadar berusaha untuk menghindari tingkat tanggung jawab ini lebih mungkin untuk menghindari usaha perencanaan organisasi.Pfizer, suatu perusahaan farmasi besar, mengalami masalah karena manajernya tidak menetapkan tujuan untuk penelitian dan pengembangan. Sebagai akibatnya, organisasi tersebut jauh tertinggal di belakang karena manajer tidak memiliki cara untuk mengetahui seberapa efektif usaha penelitian dan pengembangan mereka sebenarnya.[11]
4)      Penolakan terhadap Perubahan
Hambatan lain dalam menetapkan tujuan dan perencanaan adalah penolakan terhadap perubahan. Perencanaan pada intinya terkait dengan perubahan sesuatu dalam organisasi.Avon Products hampir membuat dirinya sendiri bangkrut beberapa tahun yang lalu karena perusahaan bersikeras melanjutkan kebijakan pembayaran deviden yang besar kepada para pemegang sahamnya.Ketika laba mulai turun, manajer menolak memotong deviden dan mulai melakukan pinjaman untuk membayar deviden tersebut. Hutang perusahaan meningkat dari $3 juta menjadi $1,1 miliar dalam waktu delapan tahun. Pada akhirnya, manajer terpaksa menyelesaikan masalah dan memotong deviden.[12]

B.     Pengertian Pengendalian/Pengawasan
Pengendalian/Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara menbuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengendalian/pengawasan. Seperti terlihat dalam kenyataan, langkah awal proses pengendalian/pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan.[13]
Menurut Robert J. Mockler definisi pengendalian/pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, memandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.[14]
Pengendalian/Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Dan fungsi pengendalian/pengawasan harus diawasi. Sebagai contoh, apakah laporan-laporan pengendalian/pengawasan akurat ? apakah kegiatan di ukur dengan interval frekuensi waktu yang mencukupi ? semuanya ini merupakan aspek pengendalian/pengawasan pada fungsi pengendalian/pengawasan.[15]

a.      Tahap-Tahap Dalam Proses Pengendalian/Pengawasan
Proses pengendalian/pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima tahap (langkah), seperti yang ditujukan pada gambar dibawah ini.[16]
 







                                                                                                                                  
Tahap 1 : Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengendalian/pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk menilai hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market share), marjin keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.[17]
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Stelah frekuensi pengukuran dan sistem minitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1) pengamatan (observasi), 2) laporan-laporan, baik lisa dan tertulis, 3) metode-metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel. Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intrn (internal auditor) sebagai pelaksanaan pengukuran.
Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari dari proses pengendalian/pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterprestasikannya penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dicapai.
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
b.      Pentingnya Pengendalian/Pengawasan
Ada berbagai faktor yang membuat pengendalian/pengawasans semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Faktor-faktor itu adalah:[18]
1)      Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru, dan adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi.
2)      Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitsbilitas tetap terjaga, penjualan enceran pada para penyalur perlu di analisa dan dicatat secara tepat; bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri perlu selalu dimonitor.
3)      Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan-kesalahan – memesan barang atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4)      Kebutuhan Manajer untuk mendelegasikan Wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggungjawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah diimplikasikan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tersebut manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.

c.       Pengendalian dalam Era Pemberdayaan
Untuk melindungi perusahaannya, para manajer senior didorong untuk mendefinisikan ulang bagaimana mereka melaksanakan tugas-tugas mereka dan bagaimana mereka yakin bahwa bawahan dengan bakat kewirausahaan tidak membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
a.       Sistem Pengendalian Diagnostik
Salah satu tujuan utama system pengendalian diagnostic adalah bertujuan untuk menghilangkan beban manajer terhadap pengawasan yang konstan. Sekali tujuan ditetapkan, penghargaan akan didasarkan pada tujuan tersebut.
b.      Sistem Kepercayaan
Perusahaan menggunakan system kepercayaan selama bertahun-tahun dalam upayanya untuk menegaskan nilai-nilai dan arah yang diinginkan oleh para manajer yang diterapkan oleh karyawannya.
c.       Sistem Batasan
Sistem ini didasarkan pada prinsip manajemen yang sederhana namun mendasar, yang dapat disebut sebagai kekuatan pemikiran negative.
d.      Sistem Pengendalian Interaktif
Sistem pengendalian interaktif merupakan system informasi formal yang digunakan oleh para manajer untuk melibatkan diri secara terus menerus dan secara personal dalam keputusan bawahan.
e.       Penyeimbangan Pemberdayaan dan Pengendalian
Para manajer senior yang mengatur arah dan strategi perusahaan secara keseluruhan memastikan bahwa mereka memiliki cukup pengendalian atas operasinya yang luas dengan menggunakan seluruh unsur pengendalian. Untuk mengkomunikasikan nilai inti, mereka mengandalkan sistem kepercayaan.[19]


C.    Kesimpulan
Proses perencanaan dan proses pengendalian/pengawasan merupakan hubungan yang sangat erat. Hal ini terlihat dalam kenyataan, langkah awal proses pengendalian/pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan. Hal ini agar tercapainya tujuan suatu organisasi yang efektif dan efisien. Munculnya perencanaan keuangan adalah proses dari :
1.      Menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2.      Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghidari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang.
3.      Menentukan alternatif mana yang akan dipilih mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
Sedangkan munculnya proses pengendalian/pengawasan adalah:
1.      Perubahan lingkungan organisasi.
2.      Peningkatan kompleksitas organisasi.
3.      Kesalahan-kesalahan.
4.      Kebutuhan Manajer untuk mendelegasikan Wewenang.


















Daftar Pustaka

Buku:
Handoko, Dr.T Hani,Manajemen,BPFE - Yogyakarta,1984.
Usman, Husaini, Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Wiludjeng, Pengantar Manajemen,(Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2007).
Internet:



[1] T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003), h. 77.
[2]Husaini Usman,  Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), h. 60. 
[3] T. Hani Handoko, op.cit.,Manajemen, h. 79.
[4]Ibid.,h. 81.
[5]Ibid.
[6]Ibid.
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Sri Wiludjeng, Pengantar Manajemen,(Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2007), h. 60.
[10]Ibid.
[11]Ibid.
[12]Ibid.
[13] T. Hani Handoko, op.cit.,Manajemen, h. 360.
[14] Ibid.
[15]Ibid .
[16] Ibid., h.363-363.
[17] Ibid.
[18]Ibid., h. 366-367

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penusukan Syekh Al Jabir

  Penulis Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya | Editor David Oliver Purba LAMPUNG   KOMPAS.com – Ulama dan pendakwah Syekh Ali Jaber meminta...